SonoraBangka.id - Kasus stunting di Bangka Barat masih cukup tinggi. Daerah dengan jumlah penduduk 199.823 jiwa ini masih banyak mengalami pernikahan dini yang tidak dipersiapkan secara matang. Untuk itu, Pemprov. Babel memberikan perhatian khusus agar program Bangga Kencana dapat menyentuh masyarakat Bangka Barat secara optimal.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Gubernur Abdul Fatah dalam Sosialisasi Program Pembangunan Keluarga bersama Mitra Kerja tahun 2020.(16/10/20).
Ini juga menjadi perhatian Pemprov Babel dalam mempersiapkan remaja dan kaum millenial dalam membuat perencanaan dalam berkeluarga yang diharapkan akan memiliki hidup yang lebih sehat, dan memiliki SDM yang berkualitas.
Disampaikan oleh Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo keluarga yang memiliki dua anak akan lebih sehat daripada memiliki anak lebih dari dua yang akan memberikan risiko kematian kepada Ibu atau anak.
“Dua anak lebih sehat, karena terbukti di seluruh dunia anak ketiga, keempat, kelima tingkat kematian ibu atau bayinya lebih tinggi dibandingkan saat memiliki anak pertama dan kedua,” ujarnya.
Karena itu, untuk mengendalikan populasi penduduk lebih optimal, BKKBN memiliki program pemberian obat dan alat kontrasepsi gratis agar tidak terjadinya drop-out KB. Pemberian obat dan kontrasepsi ini tidak hanya diberikan melalui bidan dan pelayanan kesehatan pemerintah namun, sekarang juga bisa diberikan melalui bidan, klinik, dan rumah sakit swasta.
“Dulu aturannya hanya diberikan kepada bidan-bidan praktik PNS atau tempat pelayanan pemerintah seperti puskesmas namun, hari ini sudah diubah peraturannya,” ungkapnya.
Kepala BKKBN RI mengimbau kepada pemda agar pelayanan KB di rumah sakit daerah atau puskesmas digratiskan. Dirinya mengaku siap untuk mendukung agar memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
“Apabila memungkinkan, pelayanan KB di RS negeri dan di puskesmas digratiskan, maka kami akan mensupport semua kebutuhan alat,” ungkapnya.
Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo yang memiliki latar belakang sebagai seorang dokter kebidanan pun menyampaikan bahwa dengan memberi jarak tiga tahun usia kehamilan maka, kemungkinan memiliki anak yang berkualitas lebih memungkinkan.
“Kalau jaraknya tiga tahun, insyaAllah anaknya akan berkualitas. Karena, kalau tidak berkualitas maka bonus demografi tidak bisa kita panen,” terangnya.
Pemerintah Indonesia melalui BKKBN bertujuan untuk memiliki generasi yang unggul dengan keuntungan bonus demografi yang akan dimiliki pada tahun 2030.