Find Us On Social Media :
Ilustrasi LinkedIn ((forbes.com))

Ini Tanggapan LinkedIn, Adanya Data Pengguna Dijual Secara Online.

Rudi Hermawan Jumat, 2 Juli 2021 | 10:14 WIB

Bangkasonora.ID - Baru-baru ini, data 700 juta pengguna LinkedIn dikabarkan dijual di situs online Raid Forum. Jumlah tersebut kira-kira 93 persen dari total pengguna LinkedIn yang diklaim mencapai 756 pengguna.

Atas kejadian tersebut, LinkedIn tidak menampik adanya kebocoran data, tapi menolak tudingan bahwa kasus ini merupakan pembobolan data pengguna. Mereka berdalih bahwa tidak ada informasi pribadi yang sensitif terekspos di situs Raid Forums.

"Kami ingin memperjelas bahwa kasus ini bukanlah pembobolan data dan tidak ada data pribadi anggota LinkedIn yang terekspos," jelas perwakilan LinkedIn, dihimpun KompasTekno dari Enterpreneur, Kamis (1/7/2021).


LinkedIn menjelaskan bahwa dari penyelidikan yang mereka lakukan, data yang dijual di Raid Forum itu diperoleh dengan cara scraping atau ekstraksi.

Teknik yang sama seperti kejadian bulan April lalu, di mana ada 500 juta data pengguna LinkedIn yang dijajakan di Raid Forum. Sebagai informasi, teknik scraping biasanya memanfaatkan software otomatis untuk mengambil informasi publik dari internet dan mendistribusikannya di forum online.

Kendati demikian, LinkedIn mengatakan mengekstraksi data tetap merupakan sebuah pelanggaran.

"Mengekstraksi (scraping) data dari LinkedIn merupakan pelanggaran terhadap ketentuan layanan kami dan kami terus berusaha memastikan privasi anggota kami terlindungi," jelas perwakilan LinkedIn, melansir dari Pocket Now.


Ratusan juta data pengguna LinkedIn yang dijual di Raid Forum pertama kali diungkap situs PrivacySharks. Data tersebut dijual oleh salah satu anggota Raid Forum dengan username "GOD" pada 22 Juni lalu.

Penjual turut melampirkan sampel berisi 1 juta rekaman data. Setelah diperiksa, sampel tersebut memuat beberapa informasi pribadi, meliputi alamat e-mail, nama lengkap, nomor telepon, alamat fisik, riwayat lokasi, username LinkedIn dan URL profil, latar belakang dan pengalaman profesional maupun personal, gender, dan akun media sosial lain.

Menurut laporan Restore Privacy, setelah menguji sampel yang diberikan penjual, ditemukan bahwa data tersebut adalah otentik dan berasal dari pengguna LinkedIn asli. Bahkan, data yang dijual termasuk data yang diperbarui tahun 2020 dan 2021.

Penjual data mengaku mendapatkan ratusan juta data itu dengan mengeksplotasi API LinkedIn. Data hasil ekstraksi itu kemudian dijual dengan harga 5.000 dollar AS atau sekitar Rp 72,6 juta (kurs Rp 14.500).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com