SonoraBangka.ID - Ramai perbincangan di media sosial tentang pengadaan laptop untuk pelajar dari produksi dalam negeri oleh pemerintah pada tahun ini. Dianggap anggarannya dinilai terlalu tinggi untuk spesifikasi laptop yang ditentukan oleh pemerintah.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengatakan, pemerintah mengalokasikan anggaran senilai Rp 2,4 triliun melalui dana alokasi khusus (DAK) fisik pendidikan untuk membeli 240.000 laptop produk dalam negeri.
Pengadaan peralatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) itu merupakan bagian dari program digitalisasi sekolah yang nantinya akan dibagikan ke sekolah dari berbagai jenjang pendidikan.
Pengadaan laptop itu kemudian menjadi perhatian masyarakat sebab bila dihitung secara kasar harga laptop mencapai Rp 10 juta per unit. Salah satu akun Twitter @rasjawa menyebut bahwa anggaran laptop senilai Rp 10 juta per unit itu menjadi bagian dari laptop Merah Putih yang digarap pemerintah. Padahal menurutnya spesifikasi laptop tersebut rendah yang seharusnya tak mencapai Rp 5 juta per unit.
"Benar-benar emosi memuncak melihat 'laptop Merah Putih' seharga Rp 10 juta yang akan di beli pemerintah, ternyata hanya spesifikasi Chrome Book. Bahkan sebuah Chrome Book baru harganya enggak sampai Rp 5 juta. Gede amat selisih harganya!!," tulis akun @rasjawa sambil menyertakan foto tentang spesifikasi laptop.
Ketentuan spesifikasi laptop tersebut memang tertuang di dalam Peraturan Mendikbud Nomor 5 Tahun 2021 tentang Petunjuk Operasional Dana Alokasi Khusus Fisik Reguler Bidang Pendidikan Tahun Anggaran 2021.
Mengenai hal tersebut, ternyata pengadaan laptop pelajar tahun ini dengan laptop Merah Putih garapan pemerintah merupakan dua hal yang berbeda. Kepala Biro Perencanaan Kemendikbudristek M Samsuri menjelaskan, laptop Merah Putih merupakan proyek yang dikerjakan oleh Kemendikbudristek bersama Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Laptop tersebut berbeda dengan pengadaaan laptop pelajar yang dianggarkan tahun ini, "Itu berbeda. Jadi kalau pengadaan laptop (tahun ini) itu murni pengadaan untuk kebutuhan sekolah-sekolah, yang belum memiliki peralatan TIK (teknologi informasi dan komunikasi) yang belum memadai," ungkapnya kepada Kompas.com, Jumat (30/7/2021).
Kolaborasi pemerintah dengan ITB, ITS, dan UGM diperkuat dengan membentuk Konsorsium Merah Putih-Dikti Edu dan telah menjalin kerja sama dengan industri. Rencananya pemasaran laptop Merah Putih baru akan diakukan pada 2022 mendatang.
"Itu posisinya masih pengembangan. Sudah ada prototipenya dan sudah di coba, nah nanti hasil pengembangannya itu tentu akan ditangkap oleh industri. Industrilah yang nantinya memproduksi," jelas dia.
Sementara untuk pengadaan laptop pelajar di tahun ini anggarannya memang sebesar Rp 2,4 triliun untuk 240.000 unit melalui DAK ke pemerintah daerah, dan Rp 1,1 triliun melalui dana APBN 2021 untuk kebutuhan Ditjen PAUD Dikdasmen Kemendikbudristek.
"Jadi Rp 1,1 triliun karena ada refocusing untuk anggaran lain. Itu pengadaan yang dilakukan Ditjen PAUD Dikdasmen yang akan diberikan untuk sekolah-sekolah yang di luar DAK fisik tadi," jelas dia.
Ia menambahkan, alokasi dana untuk laptop pelajar di 2021 merupakan bagian dari anggaran pemerintah untuk pengadaan produk TIK buatan lokal senilai Rp 17 triliun hingga 2024 mendatang, "Ya itu bagian dari anggaran Rp 17 triliun sampai 2024," pungkas dia.