Find Us On Social Media :
Ilustrasi mahasiswa politeknik (Doc MNP)

Tiga Opsi yang Bisa Kamu Dipilih Jika Tidak Lolos SBMPTN 2022

Iqbal Kurniawan Jumat, 24 Juni 2022 | 11:26 WIB


SONORABANGKA.ID - Hasil Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2022 telah diumumkan, Kamis (23/6/2022) pukul 15.00 WIB.

Sebanyak 192.810 calon mahasiswa dari 800.852 peserta tes SBMPTN dinyatakan diterima atau lolos seleksi.

Sementara 608.042 peserta gagal masuk universitas melalui jalur SBMPTN.

Bila kamu tak termasuk dalam daftar peserta yang lolos SBMPTN, jangan patah semangat karena masih ada opsi lain yang bisa dicoba.

Tes Jalur Mandiri Jalur masuk SBMPTN ini bukan jalur terakhir masuk perguruan tinggi negeri. Masih ada kuota melalui jalur mandiri di masing-masing universitas.

Berdasarkan data dari LTMPT, ada 30 persen hingga 50 persen kuota jalur Seleksi Mandiri yang disediakan perguruan tinggi di Indonesia. Jalur Mandiri di sejumlah universitas negeri ini menggunakan hasil UTBK sebagai salah satu syarat masuk.

Perguruan tinggi swasta Dikutip dari Kompas.com, alternatif lain yang bisa Anda coba yakni mengikuti seleksi perguruan tinggi swasta (PTS).

Di Indonesia, ada banyak perguruan tinggi swasta yang memiliki kualitas lulusan yang tidak kalah dari PTN. Bahkan, sejumlah PTS masuk dalam ranking kelas dunia.

Terkait biaya kuliah, baik PTN maupun PTS kamu bisa menempuh jalur Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP kuliah) untuk mendapatkan bantuan biaya kuliah dan tunjangan bulanan.

Tunda kuliah satu tahun Gap year adalah pilihan untuk menunda kuliah selama 1 tahun.

Namun, gap year bukan berarti menganggur atau tertinggal selama setahun.

Saat Anda memilih gap year, Anda justru bisa mengeksplorasi hal-hal baru yang tidak sempat Anda coba selama sekolah. Seperti program magang atau mengggunakan waktu gap year untuk mempersiapkan diri menghadapi SBMPTN di tahun berikutnya.

Saran pemerhati pendidikan Dikutip dari Kompas.com, (15/8/2020), pemerhati pendidikan Ina Liem mengatakan, prinsip utama kuliah adalah mencari ilmu atau keahlian, bukan mencari ijazah.

Menurutnya, hal ini yang sering dipandang salah oleh banyak orang.

Sehingga terlalu sibuk mengejar nama universitas yang mereka anggap bagus, tetapi melupakan esensi utamanya.

Oleh sebab itu, banyak yang memilih universitas lebih dulu, baru memilih jurusannya. Apapun jurusannya, yang penting harus universitas A.

"Jurusan jadi yang kedua, biasanya pake strategi, memilih jurusan yang jarang diminati orang lain supaya bisa diterima. Ini bukti orang itu mencari ijazah, bukan ilmu," kata Ina saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (15/8/2020).

Tak hanya itu, Ina mengatakan, saat ini hal yang paling dibutuhkan adalah kemampuan dalam memecahkan masalah. Apabila seseorang memiliki kemampuan atau skill dalam memecahkan masalah, masa depan dari orang tersebut tak perlu dirisaukan.

"Jadi dari mana pun universitasnya, kalau kita jago memecahkan masalah, tidak perlu khawatir dalam mencari pekerjaan nanti, bahkan bisa menciptakan lapangan pekerjaan," papar Ina.

Jangan menganggur pada saat gap year Di sisi lain, pengamat pendidikan Doni Koesoema mengatakan, saat seorang peserta memilih mengambil jeda satu tahun atau gap year, seharusnya jangan sampai menganggur atau tidak melakukan apa-apa.

Sebab, ketika seseorang memilih menganggur satu tahun tanpa melakukan apa-apa demi menunggu SBMPTN tahun berikutnya, maka akan merugikan individu tersebut.

Disarankan, orang tersebut bisa sembari bekerja atau belajar sembari mempersiapkan SBMPTN tahun depan.

Bekerja dalam arti suatu upaya untuk memungkinkan membiayai jenjang kuliah yang bakal ditempuhnya.