Find Us On Social Media :
Ilustrasi virus corona atau covid-19 (SHUTTERSTOCK)

WHO Mencatat ADa 1 Juta Orang Meninggal Akibat Covid 19 Di Tahhun 2022

Sri Wahyuni Jumat, 26 Agustus 2022 | 13:32 WIB

SonoraBangka.Id - Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus masih belum yakin, apakah dunia saat ini sudah benar-benar melewati puncak pandemi Covid-19 jika melihat angka kematian yang ada.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada Kamis (25/8) kembali mengingatkan ancaman Covid-19 masih berbahaya hingga saat ini. Sepanjang tahun 2022, satu juta kematian akibat penyakit tersebut telah terjadi.

"Minggu ini, kita melewati tonggak tragis dari satu juta kematian yang dilaporkan sepanjang tahun ini. Kita tidak bisa mengatakan bahwa kita sedang belajar untuk hidup dengan Covid-19," ungkap Tedros, seperti dikutip Channel News Asia.

Tedros menyayangkan kondisi ini, sementara ia yakin semua pihak telah memiliki segala sarana yang diperlukan untuk mencegah kematian.

Dalam konferensi pers, Tedros meminta semua pemerintah untuk memperkuat upaya vaksinasi, terutama untuk petugas kesehatan, orangtua, dan orang lain dengan risiko tertinggi.

Targetnya, kini adalah menuju 70% cakupan vaksin untuk seluruh populasi dunia. Target ini awalnya diharapkan bisa tercapai pada akhir Juni lalu.

Sayangnya, 136 negara yang tergabung dalam WHO gagal mencapai target, 66 di antaranya masih memiliki cakupan di bawah 40%. Di sisi lain, beberapa negara dengan tingkat vaksinasi terendah kini mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

Hingga saat ini, Tedros menyebut masih ada 10 negara yang memiliki cakupan vaksin kurang dari 10% untuk populasinya. Sebagian besar negara itu sedang menghadapi keadaan darurat kemanusiaan.

"Sangat menyenangkan untuk melihat bahwa beberapa negara dengan tingkat vaksinasi terendah sekarang mulai berkembang, terutama di Afrika. Namun, masih banyak yang harus dilakukan," ungkap Tedros.

WHO mencatat, saat ini sepertiga populasi dunia masih belum menerima vaksin Covid-19. Termasuk di antaranya adalah petugas kesehatan dan orangtua yang tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah.