Find Us On Social Media :
Logo Bank Indonesia (BI) (KOMPAS.com)

Data Ekonomi RI Positif, BI Diminta Tak Terapkan Kebijakan Moneter Restriktif

Marselus Wibowo Selasa, 29 November 2022 | 07:54 WIB

SonoraBangka.ID - Director & Chief Investment Officer, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula menilai Bank Indonesia (BI) tidak perlu menerapkan kebijakan moneter restriktif untuk mengatasi inflasi.

Dia mengatakan, sejalan dengan laju pengetatan The Fed, BI sempat melakukan penyesuaian suku bunga untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan menopang Rupiah. Meskipun BI menyatakan prioritasnya untuk menjaga stabiitas nilai tukar, namun momentum pertumbuhan ekonomi masih tetap diperhatikan.

“Proyeksi pertumbuhan PDB 2023 di kisaran 4,6–5,3 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global maupun negara berkembang lainnya. Inflasi yang relatif terkendali dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang belum beroperasi di atas potensinya membuat Bank Indonesia tidak perlu serestriktif negara-negara lain,” kata Ezra dalam siaran pers, Senin (28/11/2022).

Ezra mengungkapkan, penerapan kebijakan moneter restriktif oleh The Fed dalam memerangi inflasi terbukti mendorong penurunan inflasi di AS. Meskipun masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata historis selama ini, dari sisi permintaan, dampak suku bunga tinggi dan likuiditas yang semakin ketat berpotensi menekan laju konsumsi masyarakat.

Sementara dari sisi pasokan, salah satu faktor utama yang membuat inflasi melonjak, terus menunjukkan perbaikan seiring dengan perlambatan ekonomi dunia. Data terkini seperti volume bongkar muat dan biaya pengapalan kontainer terus menurun dan kelangkaan barang di sektor ritel sudah membaik. Kondisi ini diharapkan dapat menyebabkan ekspektasi turunnya tekanan inflasi.

“Hal ini sudah mulai terlihat dari data inflasi umum Oktober yang turun ke level 7,7 persen YoY dibandingkan 8,2 persen YoY sebulan sebelumnya. Inflasi inti, yang tidak mengikutsertakan komponen volatil seperti pangan dan energi, juga turun ke 6,3 persen YoY dari 6,6 persen sebulan sebelumnya,” kata Ezra.

Data-data tersebut juga disambut baik oleh pasar obligasi dunia dan domestik. Imbal hasil Treasury AS mengalami penurunan 4 persen, dan arus masuk terjadi pada pasar obligasi domestik, membawa penurunan imbal hasil yang cukup signifikan.

“Walaupun kesinambungannya ke depan masih perlu dicermati, setidaknya terlihat pengetatan moneter dan upaya pengendalian inflasi yang dilakukan The Fed mulai membuahkan hasil,” lanjut dia.

Di sisi lain, The Fed menyampaikan bahwa peningkatan suku bunga dapat berjalan lebih gradual untuk memberikan kesempatan pada ekonomi untuk merespons kenaikan sebelumnya. Dengan kenaikan suku bunga secara gradual akan memberikan ruang bagi ekonomi untuk melakukan penyesuaian secara bertahap dan kebijakan moneter bisa menjadi lebih fleksibel.

Namun sisi negatifnya, terminal rate atau puncak kenaikan suku bunga menjadi lebih tinggi. Saat ini pasar memperkirakan terminal rate meningkat menjadi 5,0–5,1 persen di bulan Mei 2023 dari perkiraan sebelumnya 4,8–4,9 persen di bulan Maret 2023.

“Kami memperkirakan The Fed dapat saja berubah haluan menjadi lebih akomodatif, terutama jika data-data ekonomi mulai beralih ke arah pelemahan dan inflasi turun secara konsisten,” lanjut dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Data Ekonomi RI Positif, BI Diminta Tak Terapkan Kebijakan Moneter Restriktif ", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2022/11/29/060800626/data-ekonomi-ri-positif-bi-diminta-tak-terapkan-kebijakan-moneter-restriktif-.