Find Us On Social Media :
Rapat Senat Terbuka UBB dengan agenda Pengukuhan Gelar Guru Besar Prof. Dr. Ibrahim, M.Si (Sonorabangka.id/ Yudi)

Kajian Politik Identitas Sukses Bawa Prof. Ibrahim Sandang Gelar Guru Besar UBB

Yudi Wahyono Rabu, 25 Januari 2023 | 19:53 WIB

SONORABANGKA.ID - Rektor Universitas Bangka Belitung (UBB), Prof. Dr. Ibrahim, M.Si resmi menyandang gelar Guru Besar bidang Ilmu Politik lewat prosesi pengukuhan dalam Rapat Senat Terbuka UBB pada Rabu (25/1/2023) pagi.

Rapat Senat Terbuka UBB ini digelar di halaman gedung Rektorat UBB dan dipimpin Dr. Devi Valeriani.

Hadir juga ribuan tamu undangan menyaksikan pengukuhan pertama Guru Besar UBB, diantaranya Penjabat Gubernur Babel Ridwan Djamaluddin, Ketua DPRD Babel H Herman Suhadi dan seluruh unsur forkompimda provinsi, kabupaten maupun kota serta instasi lainnya.

Penetapan Guru Besar pada Rektor UBB ini sesuai SK Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) RI Nomor 124/M/07/2023.

Kajian tentang Konstetasi Elektoral dalam Bayang-bayang Politik Identitas : Dari Instrumentasi, Inosensi ke Konsolidasi Demokrasi sukses membawa Ibrahim menyandang gelar Guru Besar ini.

Dalam pidatonya,.  Prof Dr Ibrahim menyampaikan, sebuah problematika kebangsaan yang sepertinya amat sangat penting untuk dicermati bersama, karena menyangkut banyak hal. Baik menyentuh aspek individual, komunal maupun nasional.

"Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa dalam setiap gelaran pemilu/pilkada, identitas selalu menjadi persoalan krusial karena menjadi alat mobilisasi isu yang amat riskab untuk menimbulkan keretakan sosial di tengah-tengah kita," tuturnya.

Menurutnya, identitas yang awal mulanya sebagian given, menjadi alat ampuh untuk menolak, dan saling menegasi.

"Taruhan akan perpecagan ini amat sangat besar karena menyangkut komitmen kebangsaan kita dan penghargaan atas keberagaman," ungkapnya.

Ia menambahkan, mungkin banyak pihak yang tidak menyadari bahwa politik identitas dalam politik elektoral akan berdampak pada aspek kehidupan lainnya, yang berpotensi bergeser dari produk politik menjadi produk keseharian dan pada titik ini disadari juga bahwa politik identitas bersifat destruktif.

"Pada dimensi yang lebih luas, politisasi identitas terkoneksi oleh gagasan idealisasi demokrasi, dimana kita sejauh ini menyepakati bahwa ruhnya masih harus kita perjuangkan," ungkapnya.

Oleh sebabnya, ia menaruh perhatian pada isu ini. Disamping karena ia menjadi salah satu kajian utama pada riset-riset yang dilakukannya. "Saya ingin sekali mengajak kita semua untuk memahami setiap proses politik, baik elektoral maupun non elektoral, secara objektif," pungkasnya.