Find Us On Social Media :
Ilustrasi botol plastik, air minum dalam kemasan. ((FREEPIK/RACOOL_STUDIO))

Yuk Mengenal BPA yang Ada di Botol dan Efek pada Tubuh

Riska Tri Handayani Selasa, 10 September 2024 | 11:08 WIB

SonoraBangka.id - Tahukah Anda bahwa penggunaan plastik sehari-hari juga bisa membuat Anda terpapar BPA?

Ya, beberapa waktu terakhir isu terkait Bisphenol A (baca : BPA) sering kita dengar.

Bahkan ada dibanyak lini masa media sosial seperti Tiktok dan Instagram.

Sayangnya, ada beberapa informasi terkait BPA yang belum tepat dan perlu kajian ulang.

Sejatinya BPA adalah zat kimia dasar yang tidak terlepas dari keseharian kita baik itu barang pakai maupun konsumsi produk makanan dan minuman.

Salah satu jenis plastik yang umum digunakan adalah plastik polikarbonat dan resin epoksi.

Produk-produk berbasis BPA terdiri atas sumber makanan (Dietary Sources) dan sumber bukan makanan (Non dietary Sources).

Seperti botol plastik, botol bayi, mainan anak, kemasan air minum, tempat makan, lensa kacamata, pelapis makanan kalengan, disket CD, perangkat otomotif, perlengkapan sport dan juga beberapa peralatan medis.

Bahan utama pembuatan plastik polikarbonat adalah senyawa Bisphenol A (BPA).

Isu yang beredar menyatakan bahwa ada kaitan antara BPA dengan beberapa penyakit.

Seperti gangguan hormonal, obesitas dan kardiovaskuler, kanker, gangguan perkembangan dan syaraf anak, infertilitas serta kelahiran prematur.

Padahal setelah ditelusuri secara literatur antara isu seperti yang disampaikan di atas dan fakta studi yang ada belum dapat dipastikan hubungan kausalitasnya.

Pakar Polimer ITB, Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc, PhD, di disuksi BPA Session mengatakan bahwa reaksi dari bahan beracun seperti BPA dan Phosgene setelah diproses menjadi polikarbonat adalah senyawa yang aman. 

Hal ini karena merupakan polimer, sifat kimianya berubah, tidak seperti komponen penyusunnya serta aman dan cenderung tidak reaktif.

Memang migrasi BPA dari wadah makanan dan minuman bisa saja terjadi, tapi khusunya pada kondisi tertentu.

Kondisi ini antara lain seperti kemasan yang rusak, kontak langsung antara makanan dan kaleng, makanan dengan lemak tinggi, kemasan yang lebih tipis, waktu kontak, dan kemasan makanan yang mengalami peningkatan suhu.

Dr. Karin Wiradarma, M.Gizi, Sp.GK di tempat yang sama, menyampaikan bahwa metabolisme BPA dalam tubuh manusia setelah diserap oleh saluran cerna, BPA akan ditranspor ke hati.

Nah 90 persen bentuk tidak aktif dan selanjutnya akan dikeluarkan melalui urin dan feces.

Sedangkan 10 persen merupakan bentuk aktif yang memberikan pengaruh negative pada tubuh.

Tetapi mengingat jumlahnya sangat kecil dibandingkan batas yang ditetapkan oleh berbagai lembaga pengawasan makanan dan minuman dunia, atau BPOM di Indonesia maka kiranya masih dibutuhkan kajian ilmiah lebih lanjut dalam hubungannya dengan kesehatan manusia.

Moderator acara dari Lembaga riset Ikatan Dokter Indonesia (LR-IDI), Dr.Aditiawarman Lubis, MPH dalam simpulan diskusi menyampaikan bahwa masih perlu lebih banyak penelitian yang harus dilakukan terkait BPA ini.

Ditambah karena penelitian yang ada masih menggunakan hewan sebagai obyek penelitian serta level of evidence nya perlu ditingkatkan.

Diungkapkan oleh Dr.Nurhidayat Pua Upa, MARS, Ketua Anguis Institute for Health Education bahwa masyarakat perlu diberikan informasi dan edukasi yang tepat mengenai BPA sehingga tidak terjadi asimetri informasi yang membuat bingung masyarakat.

Artikel ini telah terbit di https://nova.grid.id/read/053970639/mengenal-bpa-yang-ada-di-botol-dan-efek-pada-tubuh