Ilustrasi Pesepeda
Ilustrasi Pesepeda ( KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO )

Pelari dan Pesepeda Juga Harus Pakai Masker, Jika Covid-19 Tak Reda ?

20 Januari 2021 20:23 WIB

SonoraBangka.id - Sejak pertama kali penyebaran Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi tahun lalu, saat ini Inggris sudah memasuki masa lockdown ketiga .

Namun demikian, penghitungan dari penambahan kasus harian infeksi COvid-19 di negeri itu -termasuk angka kematian, tetap tergolong tinggi. 

Kesaksian itu salah satunya diungkapkan Chris Whitty, Kepala Satuan Petugas Medis Inggris belum lama ini. 

Whitty menyebut, harus ada lebih banyak upaya yang perlu dilakukan demi mengendalikan pandemi di Inggris.

Penggunaan masker -yang dipakai dengan benar sangat efektif dalam mengurangi transmisi- sudah menjadi hal wajib saat orang berada di tempat umum dalam ruangan di Inggris.

Bahkan, ada pembicaraan untuk menjadikan masker sebagai kewajiban pada beberapa pengaturan interaksi di luar ruangan, seperti yang sudah diberlakukan di Spanyol.

Tentang bahasan ini, Trish Greenhalgh, Professor of Primary Care Health Sciences, University of Oxford, Inggris memberi pandangannya.

Menurut Trish Greenhalgh, Inggris mungkin harus mengikuti kebijakan di Perancis, yang mengharuskan orang jogging atau bersepeda untuk memakai masker, jika tak dapat menjaga jarak fisik dengan pejalan kaki.

Namun demikian, ada banyak argumen yang menentang ide tersebut.

Selama ini sudah dipahami bahwa risiko penularan Covid-19 di luar ruangan lebih kecil daripada di dalam ruangan.

Berolahraga di luar ruangan adalah salah satu dari sedikit kebebasan yang masih dimiliki oleh banyak orang di tengah pandemi, termasuk di Inggris.

Saat jogging atau bersepeda, kontak cenderung jarang dan cepat berlalu, jadi -mungkin, tidak akan memenuhi definisi resmi tentang "kontak dekat".

Dalam definisi tersebut dikatakan, seseorang perlu menghabiskan waktu 15 menit lebih dekat dari dua meter -meskipun ketentuan jangka waktu tersebut kini dapat menjadi lebih berisiko.

Di sisi lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersikukuh, “Orang tidak boleh menggunakan masker saat berolahraga, karena masker dapat mengurangi kemampuan bernapas."

"Keringat juga dapat membuat masker menjadi lebih cepat basah, sehingga sulit bernapas dan mendorong pertumbuhan mikroorganisme," kata dia.

Rekomendasi WHO adalah menjaga jarak fisik setidaknya satu meter dari orang lain ketika beraktivitas di luar ruang.

Tetapi, ada juga argumen yang kuat untuk menantang nasihat WHO tersebut.

Salah satunya adalah kenyataan bahwa Lembaga Layanan Kesehatan Inggria (NHS) benar-benar kewalahan untuk pertama kalinya dalam 70 tahun sejarahnya karena peningkatan pasien Covid-19.

Maka, semua tindakan yang mungkin diambil harus dilakukan demi mengurangi angka-angka ini.

Menurut Trish Greenhalgh, lebih dari separuh kasus Covid-19 di Inggris didapat dari orang yang tidak memiliki gejala pada saat mereka menularkannya.

Sehingga, dalil 15 menit untuk kontak dekat disebut sebagai kesimpulan yang sewenang wenang.

Kesimpulan itu muncul lebih karena kebiasaan dan praktik, ketimbang bukti empiris.

Aturan jarak 1-2 meter pun tidak berarti bahwa jika orang menjaga jarak ini, mereka aman.

Aturan ini hanya berarti bahwa orang yang berjauhan lebih kecil kemungkinannya untuk menulari satu sama lain.

Argumen etis

Masker efektif untuk melindungi orang lain.

Pejalan kaki yang dilalui oleh pelari atau pengendara sepeda yang relatif muda dan bugar -termasuk orang-orang yang berusia lanjut atau lebih rentan terhadap Covid-19 dan komplikasinya.

Jika ada risiko penularan, maka pasti ada argumen etis yang harus ditutup-tutupi.

Nafas yang dihembuskan seseorang yang sedang berolahraga dengan giat memiliki komposisi dan sifat aerodinamis yang berbeda dengan orang dalam keadaan normal.

Pelari yang bernapas dengan berat, menghasilkan pernafasan dengan momentum yang jauh lebih tinggi daripada yang terjadi saat pernapasan normal.

Coba perhatikan. Saat cuaca dingin, gelembung udara lembap menjadi terlihat saat pelari menghembuskan napas - dan gumpalan ini menyebar lebih jauh daripada yang dihembuskan oleh pejalan kaki.

Maka, berdasarkan perhitungan formal aerodinamika pernapasan mengonfirmasi bahwa napas berat memancarkan curahan gelembung turbulen, di mana tetesan dan mikrodroplet tersuspensi dengan ukuran berbeda.

Dalam kondisi tersebut, menurut Trish Greenhalgh, bukan tak mungkin pancaran gelembong dan kandungan di dalamnya terbawa jauh hingga lebih dari dua meter. 

Varian Covid-19

Lalu yang lebih menyusahkan, beberapa varian Covid-19 terbukti lebih mudah menular daripada virus aslinya.

Setiap orang yang terinfeksi sekarang cenderung menginfeksi antara 30-60 persen lebih banyak daripada sebelumnya.

Inhalasi di sekitar pelari yang lewat -kemungkinan yang jarang terjadi- sekarang jauh lebih mungkin mengarah pada rangkaian kasus sekunder yang meningkat.

Bertentangan dengan beberapa sumber informasi, tak ada bukti jogging santai dengan masker menyebabkan kerusakan metabolik yang signifikan.

Khususnya, kadar oksigen dalam darah tidak berkurang saat berolahraga dengan menggunakan kain atau masker medis.

WHO mungkin benar, masker dapat mengurangi kemampuan bernapas dengan nyaman, meskipun masker yang terbuat dari bahan seperti muslin multi-layer atau kombinasi muslin-flanel, yang memiliki ketahanan rendah.

Namun, kapasitas filtrasi tinggi akan mengurangi masalah ini, demikian pandangan Trish Greenhalgh.

Membuat variasi rute olahraga memungkinkan masker dilepas dengan aman untuk beberapa lokasi  -misalnya, saat mencapai taman.

Lalu, masker basah dapat diganti dengan masker kering cadangan yang dibawa untuk tujuan tersebut.

Alasan terakhir memakai masker saat berolahraga di dekat orang lain adalah pesan solidaritas sosial yang disampaikannya.

Pelari atau pengendara sepeda bermasker bisa menjadi pembawa pesan yang mengingatkan "pandemi masih sangat serius". Atau bisa juga diartikan sebagai pesan, "keselamatan kamu lebih penting daripada kenyamanan saya."

Alih-alih mengalami kebuntuan antara pelaku olahraga tanpa masker dan pejalan kaki yang ketakutan, kita dapat menantikan kedua belah pihak saling menahan diri.

Hampir semua penelitian tentang masker dan olah raga telah dilakukan di laboratorium khusus.

"Tim saya sendiri akan melakukan uji coba terkontrol acak yang lebih pragmatis dari dampak berbagai jenis masker pada kapasitas latihan, kenyamanan, dan penanda fisiologis pada orang yang melakukan olahraga di luar ruangan."

Trish Greenhalgh mengatakan, bahwa mereka berharap dapat melaporkan hasil studi tersebut akhir tahun ini.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Covid-19 Tak Mereda, Pelari dan Pesepeda Juga Harus Pakai Masker?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/01/20/145400820/covid-19-tak-mereda-pelari-dan-pesepeda-juga-harus-pakai-masker?page=all.


SumberKOMPAS.com
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm