SonoraBangka.id - Biasanya rasa syukur berkaitan dengan kebahagiaan.
Misalnya saja saat kita merasa bersyukur pada pekerjaan kita jalani.
Rupanya, bersyukur karena pekerjaan bisa menyebabkan hal buruk dalam kehidupan kita. Berikut ini penjelasannya yang dikutip dari BrightSide.
1. Kita mentolerir hal-hal yang membuat kita tidak bahagia
Tak sedikit orang dipaksa untuk merasa bersyukur atas sesuatu yang tidak mereka sukai, khususnya saat masih kecil.
Misalnya, saat kita tidak ingin makan sayur, orang tua kita akan berkata, "Syukurlah kamu masih punya makanan".
Kita pun tumbuh dewasa dan menerapkan cara berpikir tersebut di tempat kerja, menekan diri kita sendiri untuk mengungkapkan rasa syukur.
Kita mungkin sering berkata kepada diri sendiri “Bisa jadi ada hal yang lebih buruk" dalam situasi yang sulit.
Kita mengatakan kepada diri sendiri bahwa kita tetap merasa bersyukur meski kita sebenarnya merasa sedih, stres, cemas, atau lelah.
Jika hal itu dilakukan, Sahabat NOVA bisa saja melewatkan tanda bahaya yang seharusnya membuat kita khawatir bahwa ada sesuatu yang salah.
Jelas, ini tidak sehat, dan ini tidak akan memungkinkan kita untuk melihat efek positif dari rasa syukur yang tulus saat mengalami hal negatif.
Akhirnya, perasaan negatif akan menyusul - kemungkinan dengan intensitas yang lebih tinggi.
Rasa terima kasih yang dipaksakan juga membuat kita mengabaikan bagaimana perasaan tersebut dapat memotivasi kita untuk memperbaiki situasi.
3. Membuat kita lebih rentan terhadap atasan
Rasa syukur yang salah tempat dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh pemberi kerja, baik untuk memanipulasi kita agar bekerja berlebihan atau untuk memangkas gaji sebagai alasan untuk memberhentikan kita.
Para atasan tahu kita tidak akan mengeluh atau berhenti karena mereka takut tidak akan menemukan pekerjaan baru.
Nah, ketika kita memaksa bersyukur karena memiliki pekerjaan ini, kita akan merasa terbatas untuk membela hak-hak kita di kantor.
Dengan adanya rasa syukur yang dipaksakan mengarahkan kita pada kerja berlebihan, meningkatkan stres, dan ketidakpuasan terjadap pekerjaan dan hidup.