SONORABANGKA.ID - Adalah Harapan untuk mempercepat transisi kendaraan ramah lingkungan di Indonesia kembali diuji.
Hingga memasuki kuartal kedua 2025, kebijakan subsidi motor listrik yang dinantikan publik belum juga menemui kepastian.
Ketidakjelasan ini mulai menimbulkan efek domino terhadap industri dan perilaku konsumen.
Konsumen yang menunda pembelian karena menunggu kepastian telah berdampak negatif pada penjualan.
Tekno Wibowo, Commercial Director Polytron, mengatakan bahwa penjualan pada kuartal I/2025 anjlok 50 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya minat masyarakat di tengah ketidakpastian kelanjutan subsidi kendaraan listrik dari pemerintah. “Faktor utama adalah calon pembeli yang menunda pembelian karena masih mengharapkan subsidi,” ujar Tekno kepada Kompas.com, Rabu (7/5/2025).
“Kami pun memberikan rangsangan diskon, yaitu sebesar Rp 5 juta, yang memang lebih kecil dibandingkan subsidi pemerintah Rp 7 juta tahun lalu,” kata dia.
Kondisi yang lebih parah dialami oleh produsen lain.
Irwan Tjahaja, CEO PT Swap Energi Indonesia, bahkan menyebut pasar business-to-consumer (B2C) nyaris mati.
Ia juga menyampaikan keprihatinan atas lambannya pengambilan keputusan oleh pemerintah. “(Saat ini) produsen saya bilang 90 persen B2C mati. Ya sekarang mau fokus B2B (business-to-business) saja, karena B2B memang dari awalnya kan enggak ada subsidi,” ucap Irwan kepada Kompas.com (7/5/2025).