Find Us On Social Media :
Dokter Reisa Broto Asmoro, Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional (covid19.go.id)

Baju APD Buatan Indonesia Siap Diproduksi 17 Juta Unit Perbulan

Yudi Wahyono Kamis, 25 Juni 2020 | 05:59 WIB

SONORABANGKA.ID - Perusahaan dalam negeri berhasil memproduksi baju hazmat atau alat pelindung diri (APD).

Baju dengan label INA United tersebut telah lolos uji ISO 16604 dan siap diproduksi sebanyak 17 juta unit per bulan, setelah dikembangkan selama beberapa waktu.

Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dokter Reisa berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah sukses berinovasi dan para ahli diplomasi yang mengawal proses pengujian dengan baik. 

“Alhamdulillah, baju hazmat produksi Indonesia telah lolos uji ISO 16604. Bukan saja ini adalah salah satu hasil karya nyata dan penting dari tim pakar yang beranggotakan 95 ahli senior dan 27 pakar muda dari berbagai disiplin ilmu, namun juga bukti keahlian dan ketangguhan para ahli diplomasi kita dari konjen RI di New York, Amerika Serikat, yang tak lelah mengawal proses tersebut,” ungkap Dokter Reisa pada konferensi pers di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta, Rabu (24/06/2020).

Selanjutnya, Dokter Reisa menjelaskan bahwa pengujian ini bukan hanya dilakukan di Amerika Serikat saja, tetapi juga ada produsen yang mengirimkan contoh produknya untuk diuji ke Hong Kong, Singapura dan Taiwan. Hasil dari pengujian produk mereka sangat memuaskan. 

“Ternyata seluruh produksi mereka sukses mendapatkan rekomendasi, baju hazmat yang dihasilkan Indonesia ini bahkan dinilai lebih baik dan hemat biaya,” imbuhnya.

Produk ini nantinya siap diproduksi oleh asosiasi produsen tekstil sebanyak 17 juta unit per bulan, jauh di atas angka kebutuhan APD dalam negeri yang hanya sekitar lima juga unit per bulan.

Kabar baik tersebut diikuti dengan berita sistem informasi terintegrasi Bersatu Lawan Covid (BLC) yang kini sudah dimiliki Indonesia.

“Pagi ini, Presiden Joko Widodo bersama Profesor Wiku Adisasmito, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas dan Doktor Dewi Nur Aisyah, Ahli Epidemiologi, mempresentasikan cara menentukan zonasi tingkat penularan COVID-19 di daerah melalui sistem informasi terintegrasi BLC,” ucap Dokter Reisa.

Keberadaan BLC membuat kita dengan mudah dapat mendeteksi penyebaran kasus di Indoensia secara real-time sampai pada tahap kabupaten.