Find Us On Social Media :
Sepeda Lipat Brompton (Kompas.Com)

Harta, Tahta dan Sepeda. Gengsi Para Penggoes Sepeda Mahal

Vivi Callvella Sabtu, 4 Juli 2020 | 10:00 WIB

SonoraBangka.ID - Olahraga memang punya trennya tersendiri. Dulu, ada masanya di mana wanita melakukan yoga dan gerakan ekstremnya untuk diunggah di media sosial.

Kini, bersepeda pun gantian naik daun. Tag Line yang lagi viral yaitu, Harta, Tahta dan Sepeda .Namun, apakah pelaku tren sepeda mahal mengetahui betul soal manfaat bersepeda atau tidak?

Hampir setiap pagi terutama di week end, banyak Penggoes muncul. Ada yang sendiri, kelompok kecil bahkan beberapa dalam jumlah yang lumayan.

Hukum permintaan dan penawaran dalam ilmu ekonomi mengungkap adanya hubungan yang bersifat negatif antara harga dengan jumlah barang yang dicari (demand).

Artinya, apa pengaruh dari hubungan antara ketersediaan produk tertentu dan permintaan/kebutuhan konsumen terhadap harganya.

Ketika permintaan terhadap suatu barang meningkat, dan pasokan menurun, maka harga akan cenderung naik.

Hal itu pula yang diduga terjadi pada fenomena melambungnya harga jual sepeda lipat buatan London, Inggris, Brompton, di pasar Indonesia.

Pakar Marketing & Managing Partner Inventure, Yuswohady dalam perbincangan dengan Kompas.com, mengungkap pandangan tentang fenomena kenaikan drastis harga Brompton. Yuswohady menyebut, di luar hukum permintaan dan penawaran itu, pasar di Indonesia memang memiliki keunikannya sendiri.

Fungsi vs gengsi "Orang (Indonesia) itu kalau sesuatu mahal, dipakai oleh -katakanlah direktur gitu, terus jadi mempunyai nilai gengsi tinggi." "Jadi saya kira ini fenomena kayak kalau saham, 'goreng' saham.

Orang Indonesia kan begitu ada sesuatu yang trending, responsnya langsung cepat," cetus dia.

Yuswohady tak membantah jika secara fungsional sepeda menjadi kebutuhan yang "booming" di tengah masyarakat.