SONORABANGKA.ID - Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung Akhmad Elvian dalam Live Bersama Bangka Pos di Festival Ceng Beng Babel Merawat Kebhinekaan mengatakan, dulu kawasan makam terluas se-Asia Tenggara itu disebut dengan Ngicung.
Dibangun Tahun 1935 Masehi, pada masa pemerintahan Residen Mann, CJ (memerintah pada Tahun 1934-1942 Masehi), yang mana lahan pemakaman tersebut disumbangkan oleh keluarga bermarga Boen, salah satu keluarga terpandang di Pangkalpinang pada waktu itu yang juga menyumbangkan tanahnya untuk pendirian kelenteng Kwan Tie Miau pada Tahun 1841 Masehi yang terletak di Jalan Mayor H. Muhidin Pangkalpinang.
Elvian menyebutkan prasasti pada tugu pendiri makam yang terletak di depan atau pada sisi barat Paithin yaitu rumah tempat sembahyang, kompleks makam ini didirikan oleh Empat orang yaitu Yap Fo Sun wafat pada Tahun 1972 Masehi, Chin A Heuw wafat pada Tahun 1950 Masehi, Yap Ten Thiam wafat pada Tahun 1944 Masehi dan Lim Sui Cian (tidak jelas tahun wafatnya pada masa pendudukan Facisme Jepang).
Menurutnya, awal sekali makam tersebut seluas 25 hektar, lalu pada tahun 1981 yayasan menyumbangkan sekitar enam hektar tanahnya untuk kota Pangkalpinang pada waktu itu.
Hingga saat ini total luasan makam tinggal sebesar 19,945 hektar, dengan jumlah makam sekitar 11.478 makam.
"Itu menunjukan banyaknya orang-orang Tionghoa di Bangka Belitung khususnya di Pangkalpinang. Terus disetiap masing disttrik atau daerah itu ada makam Cina semua dan yang terbesar itu memang ada di Pinkong atau Pangkalpinang," ujar Elvian dalam Live Streaming.
Elvian menyebutkan, makam ini diperuntukan untuk semua kalangan masyarakat tanpa memandang suku dan agamanya, bahkan tanpa melihat derajatnya.
"Jadi siapapun yang meninggal dan ingin dimakamkan di Ngicung atau pemakaman Sentosa minta izin kepada pengurus yayasan kalau masih ada lahan yang kosong dibolehkan, tanpa memandang suku, agamanya, mau itu kaya miskin bahkan keluarga bangsawan. Mau dia khatolik, islam, konghuchu yang utama," tuturnya.
Hal ini dibuktikan dengan adanya dua makam yang beragama Islam dari ribuan makam yang berahama konghuchu yaitu makam Ny. Tjurianty Binti Kusumawidjaya lahir tanggal 27 September 1947 Masehi, wafat tanggal 9 Desember 1994 Masehi dan pada sisi Selatan agak ke Barat di sisi jalan terdapat makam Gunawan Bin Tanda, lahir tanggal 30 Maret 1978 Masehi, wafat tanggal 7 November 2008 Masehi.
Elvian menyebutkan, di antara makam-makam di kompleks makam Sentosa terdapat juga makam Paulus Tsen On Ngie (Zeng Aner) yang lahir di Cungphin (Tiongkok) pada Tahun 1795 Masehi dan wafat di Sungaiselan pada tanggal 14 September 1795 Masehi.