Bangkasonora.ID - Saat ngerasa sedih atau sedang down, udah jadi hal alamiah bagi seseorang untuk membagikannya kepada orang lain, entah lewat curhat langsung atau sekadar via chatting.
Sebab, hal itu dinilai bisa setidaknya meringankan beban yang sedang kita alami—bahkan terkadang cukup dengan hanya didengar.
Sehingga jika kita sedang berada di posisi sebagai teman yang sedang mengalami masalah, kita pun perlu belajar menjadi pendengar yang baik.
Jangan sampai kata-kata penyemangat yang kalian berikan justru membuat suasana teman kalian semakin memburuk.
Kata-kata inilah yang kerap kita dengar sebagai ungkapan penyemangat, tetapi justru nggak bikin suasana hati teman membaik.
Terkait hal ini, Prita Yulia Maharani, M.Psi., psikolog dari aplikasi konseling Riliv menjelaskan bahwa kata-kata semangat tersebut biasa disebut dengan Toxic Positivity.
“Kata-kata ini terdengar sebagai penyemangat, tetapi sebenarnya membuat orang lain jadi sedih karena nggak divalidasi,” jelas Prita saat memberi pemaparan dalam event Kita Kumpul Online oleh komunitas Narasi yang bekerja sama dengan Riliv digelar pada 4 Juni lalu.
Prita mengatakan, saat mendengarkan, penting buat pendengar untuk brempati atau memahami kondisi orang secara utuh.
“Toxic positivity membuat kita menekan emosi negatif dengan berusaha menerima emosi positif. Padahal, emosi negatif juga perlu kita terima agar nggak menumpuk,” ujarnya.
Padahal, nggak semua orang ingin diberi nasihat. Banyak yang hanya ingin didengarkan saja.