Find Us On Social Media :
XPander AP4 Bawa Rifat Sungkar Jadi Juara Nasional Sprint Reli (Mitsubishi) (kompas.com)

Pebalap Indonesia Sering Ketinggalan, Hanya Mampu Mobil Balap Bekas

Oliver Doanatama Siahaan Jumat, 3 Desember 2021 | 19:40 WIB

SONORABANGKA.ID - Dengan Kehadiran Sirkuit Mandalika di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat yang berhasil menggelar ajang World Superbike (WSBK) 2021 jadi angin segar tersendiri bagi para pecinta balap Indonesia.

Sudah pasti, ada tujuan mulia yang ingin dicapai dengan hadirnya fasilitas tersebut. Di antaranya, mencetak pebalap nasional untuk dapat berbicara di tingkat internasional.

Hanya saja, masih terdapat berbagai tantangan untuk memajukan pebalap Tanah Air terutama di sektor kendaraan dan teknologi, serta perangkat keselamatannya.

Menurut pereli nasional Rifat Sungkar, meski Indonesia jadi pasar utama di sektor otomotif namun sedikit sekali yang menyediakan mobil khusus dengan spesifikasi balap.

Bila ada, kendaraan mobil spesifikasi balap itu hanya tersedia di luar Indonesia. Sehingga, banyak pembalap Indonesia yang hanya mampu beli mobil balap bekas dengan teknologi yang sudah ketinggalan.

Karena bekas, spare partnya pun tidak selalu tersedia. Akibatnya terjadilah kanibal dari mobil sejenis.

“Untuk membangun satu mobil balap, pebalap sampai harus membeli tiga mobil bekas. Yang satu dipakai untuk balapan, sementara yang dua dipereteli spare (part)," kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis (2/12/2021).

Kemudian dari sisi perangkat keselamatan, kini masih ada pebalap yang belum menaruh perhatian penuh. Masalahnya, perangkat itu tidak hanya sebatas yang menempel di badan, tapi juga material dan teknologi kendaraan.

Insiden yang dialami Sean Gelael dan Ketua MPR Bambang Soesatyo saat berlomba di ajang Sprint Rally Meikarta menjadi viral.

Salah satu yang menjadi perhatian adalah kondisi keduanya yang dapat keluar dari mobil tanpa cedera berarti, walau mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan parah.