Find Us On Social Media :
Petani mengumpulkan buah sawit hasil panen di perkebunan Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Senin (9/5/2022). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) berharap larangan ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan produk-produk turunannya tidak berlangsung lama, (ANTARA)

Minyak Goreng Masih Mahal saat Harga Sawit Petani Anjlok Gila-gilaan

Marselus Wibowo Sabtu, 25 Juni 2022 | 17:17 WIB

SonoraBangka.ID - Petani kelapa sawit mengeluhkan kondisi merosotnya harga tandan buah segar (TBS) sawit yang terjadi merata di seluruh 22 provinsi penghasil sawit.

Penurunan harga TBS kelapa sawit disebabkan karena mengikuti harga patokan dari bursa CIF Rotterdam yang saat ini berada di kisaran 1.440 dollar AS per ton.

Penurunan harga global terjadi akibat kebijakan pengurangan konsumsi sawit oleh India dan China sebesar 4,8 juta ton per tahun. Penyebab lainya, suplai minyak kedelai dari Benua Amerika yang jadi subtitusi CPO juga mengalami kenaikan.

Di Jambi contohnya, harga sawit petani di Jambi terus melorot hingga menyentuh Rp 700 per kilogram. Jatuhnya harga TBS tersebut karena banyak pabrik stop beroperasi menyusul tersendatnya ekspor minyak sawit.

Di wilayah Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, sejumlah pabrik tutup sejak awal pekan ini. Akibatnya, petani tidak bisa memanen dan menjual buah sawitnya.

”Kami cemas, buah sawit bakal membusuk kalau terus-terusan dibiarkan di pohon,” ujar Rahman, petani di Maro Sebo dikutip dari Harian Kompas, Sabtu (25/6/2022).

Menurut Rahman, harga beli dari para pengepul sawit di wilayah itu terus turun dalam dua pekan terakhir. Puncaknya terjadi pekan ini.

Selain harga yang anjlok, sebagian pengepul juga menolak untuk menampung buah sawit petani. Salah seorang pengepul sawit setempat, Edwar, mengaku kesulitan menyuplai buah sawit ke pabrik.

”Pabrik-pabrik tutup sejak Senin lalu,” katanya.

Hanya segelintir pabrik yang masih beroperasi. Namun, mereka hanya menerima sawit dengan menetapkan harga beli sepihak.