SonoraBangka.id - Sebanyak 660 santri ikut memeriahkan upacara Hari Santri Nasional (HSN) yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober.
Ratusan santri dan ulama dari berbagai wilayah di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, hadir di halaman Gedung Tudung Saji Kantor Wali Kota Pangkalpinang, Sabtu (22/10/2022).
Mereka merupakan santri dari 18 madrasah, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah hingga Madrasah Aliyah baik negeri maupun swasta hingga pondok pesantren yang ada di Pangkalpinang.
Wali Kota Pangkalpinang, Maulan Aklil, yang bertindak sebagai Inspektur Upacara tampil berbeda pada peringatan HSN tahun 2022 ini. Jika biasanya ia menggunakan pakaian dinas lengkap, kali ini orang nomor satu di Kota Pangkalpinang ini mengenakan sarung berwarna hijau dan baju koko, lengkap dengan kopiah yang identik dengan pakaian santri.
Tak hanya Maulan Aklil, sejumlah pejabat hingga forum koordinasi pimpinan daerah hingga beberapa ajudannya juga mengenakan pakaian ala santri.
Molen, sapaan akrabnya mengatakan, peringatan HSN dengan tema ‘Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan' dinilai sangat tepat, karena antri dengan segala kemampuannya bisa menjadi apa saja. Sehingga, mengasosiasikan santri hanya dengan bidang ilmu keagamaan saja tidaklah tepat.
"Santri sekarang telah merambah ke berbagai bidang profesi, memiliki keahlian bermacam-macam, bahkan mereka menjadi pemimpin negara," kata dia kepada Bangkapos.com usai kegiatan.
Meski bisa menjadi apa saja, menurutnya, santri tidak boleh melupakan tugas utamanya, yaitu menjaga agama itu sendiri. Santri selalu mengedepankan nilai-nilai agama dalam setiap perilakunya. Bagi santri, agama adalah mata air yang selalu mengalirkan inspirasi-inspirasi untuk menjaga dan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan atau hifdzun nafs.
Hifdzun Nafs adalah tujuan diturunkannya agama di muka bumi atau maqashid al-syariah. Tidak ada satupun agama yang menyuruh pemeluknya untuk melakukan tindakan yang merusak harkat dan martabat manusia.
Sebagai insan yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama, santri senantiasa berprinsip bahwa menjaga nilai-nilai agama dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Menjaga martabat kemanusiaan adalah esensi ajaran agama, apalagi di tengah kehidupan Indonesia yang sangat majemuk.