Find Us On Social Media :
Ilustrasi utang luar negeri (Thinkstock.com)

Utang Luar Negeri Indonesia Kembali Turun Jadi 390,2 Miliar Dollar AS

Marselus Wibowo Kamis, 15 Desember 2022 | 17:07 WIB

SonoraBangka.ID - Tren penurunan utang luar negeri Indonesia kembali berlanjut pada Oktober 2022.

Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Oktober 2022 sebesar 390,2 miliar dollar AS, turun dibandingkan dengan posisi ULN pada bulan sebelumnya sebesar 395,2 miliar dollar AS.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, perkembangan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan utang luar negeri sektor publik seperti pemerintah dan bank sentral maupun sektor swasta.

"Secara tahunan, posisi ULN Oktober 2022 mengalami kontraksi sebesar 7,6 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya yang sebesar 6,8 persen (yoy)," kata dia dalam keterangannya, Kamis (15/12/2022).

Utang luar negeri pemerintah

Dia merincikan, posisi utang luar negeri pemerintah pada Oktober 2022 sebesar 179,7 miliar dollar AS, turun dibandingkan dengan posisi di bulan sebelumnya sebesar 182,3 miliar dollar AS.

Secara tahunan, utang luar negeri pemerintah mengalami kontraksi sebesar 12,3 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi bulan sebelumnya yang sebesar 11,3 persen (yoy).

"Penurunan ULN Pemerintah disebabkan oleh pergeseran penempatan dana investor nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik seiring dengan ketidakpastian di pasar keuangan global yang tinggi," tutur Erwin.

Bank sentral menilai, posisi utang luar negeri pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruhnya merupakan ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN Pemerintah.

Utang luar negeri swasta

Penurunan juga terjadi pada utang luar negeri swasta. Posisi utang luar negeri swasta tercatat sebesar 202,2 miliar dollar AS pada Oktober 2022 atau menurun dibandingkan bulan sebelumnya 204,7 miliar dollar AS.

Secara tahunan, ULN swasta terkontraksi 3 persen (yoy), lebih dalam dari kontraksi pada bulan sebelumnya yang sebesar 2,2 persen (yoy).