SonoraBangka.id - Tak peduli tua, muda, anak-anak, semua bisa jadi korban dari bencana, seperti yang belum lama ini terjadi, yaitu gempa di Cianjur dan erupsi gunung Semeru.
Ya, bencana alam bisa terjadi kapan saja, di mana saja.
Selain menyebabkan kerugian materiel dan gangguan kesehatan bagi para korbannya, bencana alam juga dapat memberikan efek psikologis bagi para penyintas khususnya anak-anak, lantaran mereka masih punya keterbatasan dalam memahami sesuatu yang terjadi di sekitarnya.
Berikut ini Stephani Raihana Hamdan, S.Psi, M.Psi, Psikolog, psikolog dari Universitas Islam Bandung (UNISBA) memberikan kiat-kiat yang bisa kita lakukan sebagai orang tua atau orang dewasa agar anak bangkit dan pulih setelah mengalami bencana. Apa saja?
Letak Indonesia berada dalam garis Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire yang rawan bencana. Dengan kondisi itu, suka atau tidak suka kita dituntut untuk siap dengan bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
Karena itu penting untuk mengajarkan anak-anak mitigasi bencana. Selain membantu mereka menyelamatkan diri saat terjadi bencana, hal ini juga bisa mengurangi trauma yang mungkin bisa terjadi saat mereka menjadi penyintas bencana alam. Caranya?
“Dijelaskan dengan konkret kepada anak, apa bencana yang mungkin terjadi. Kalau longsor, kita sampaikan longsor itu apa, gempa kejadiannya seperti apa. Misal ada gerakan di tanah, ada benda bergerak, barang berjatuhan, berarti itu gempa,” jelas Stephani.
Sederhana saja, kita bisa mengajarkan anak dengan melakukan simulasi apa yang bisa dilakukan saat terjadi bencana, hingga mengenalkan jalur evakuasi dan sebagainya.
2. Tetap tenang