SONORABANGKA.ID - Adalah Pengendara mobil atau sepeda motor bisa mengisi BBM di SPBU dengan mengucapkan kalimat permintaan berdasarkan banyaknya BBM dalam satuan liter, atau jumlah uang.
Sekilas, hitungan keduanya sama saja karena ada alat yang dapat mengkonversi antara liter atau rupiah. Tapi, ada beberapa pertimbangan kenapa mengisi BBM harus pakai hitungan rupiah.
Dosen Konversi Energi Otomotif Universitas Negeri Semarang (Unnes) Widya Aryadi menjelaskan, sebetulnya sama saja pembelian bahan bakar minyak (BBM) berpatokan liter maupun nominal tertentu.
Satu keuntungannya, kalau menghitung jumlah liter maka bisa memperoleh data akurat, bisa digunakan mencegah praktik kecurangan di SPBU. Sebab mesin SPBU tetap akan mengkonversikan ke satuan liter jika pengendara menyebutkan nominal rupiah.
"Misalnya, beli BBM Rp 100 ribu, maka dapat 12 liter. Cuma angka yang tertera pada mesin dispenser bisa dijadikan acuan," ucap Widya dikutip dari Kompas.com, Senin (8/5/2023).
Bicara efektivitas, menurut Widya, membeli BBM berdasarkan nominal rupiah lebih sering digunakan masyarakat, pertimbangan utamanya karena dirasa gampang dan praktis ketika bertransaksi.
Tapi, dengan hadirnya aplikasi MyPertamina, pengendara tak perlu repot mengeluarkan uang receh sesuai nominal pembelian. Pelayanan juga lebih cepat karena petugas tak butuh menyiapkan uang kembalian.
"Praktis, apalagi jika beli nominal tertentu yang biasanya harus ada pembulatan. Pembeli juga tidak merasa dirugikan. Jadi, bayar pakai aplikasi tidak ribet menghitung kembalian," ucapnya.
Sementara pemilik Sriyatin Car Agus Setiawan mengatakan saat membeli BBM pengguna kendaraan tentu bisa memilih antara mau pakai hitungan liter atau rupiah, karena keduanya kan saling berhubungan dalam konversi di mesin SPBU.
“Misal membeli Rp 10.000 Pertalite, dengan membeli 1 liter Pertalite, kan sama saja bila dihitung jumlahnya, tapi kalau mempertimbangkan faktor lain, sebaiknya membeli BBM pakai hitungan rupiah,” ucap Agus kepada Kompas.com, Senin (8/5/2023).