Find Us On Social Media :
Menteri Keamanan Energi dan Net Zero Inggris Graham Stuart (kiri) dan Menteri ESDM Arifin Tasrif (kanan) saat konferensi pers di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (4/8/2023). (KOMPAS.com)

Transisi Energi Bersih, Indonesia Dapat Kucuran Rp 135 Miliar dari Inggris

Marselus Wibowo Jumat, 4 Agustus 2023 | 17:33 WIB

SonoraBangka.ID - Pemerintah Indonesia dan pemerintah Inggris memperpanjang kerja sama program Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia (Mentari). Kerja sama yang semula hingga 2024, kini diperpanjang menjadi hingga 2027.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, pada perpanjangan ini, Inggris menambah kucuran dana ke Indonesia sebesar Rp 135 miliar. Hal ini diharapkan mampu mendukung RI mencapai target emisi nol atau net zero emission (NZE).

"Awalnya, program Mentari dijadwalkan akan berakhir pada 2024, namun sekarang akan diperpanjang hingga tahun 2027. Inggris juga akan memberikan tambahan GBP 6,5 juta atau setara Rp 135 miliar untuk mempertahankan dan meningkatkan inisiatif program tersebut," ujarnya dalam konferensi pers di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (4/8/2023).

Arifin mengatakan, Mentari telah menjadi mitra utama yang bekerja sama dengan Kementerian ESDM untuk meningkatkan perencanaan dan pengadaan energi terbarukan, baik untuk aplikasi on-grid maupun off-grid, mengedepankan kebijakan, rekomendasi dan kajian teknis.

"Mereka juga telah menyiasati beberapa proyek energi rendah karbon dan melaksanakan proyek percontohan di bagian timur Indonesia," kata dia.

Ia menambahkan, selain program Mentari, Inggris juga aktif mendukung Indonesia melalui berbagai program, termasuk Just Energy Transitions Partnership (JETP) dan Joint Economic And Trade Committee (JETCO).

"Kami proyeksikan bahwa kemitraan ini akan terus berkembang, mempromosikan kerja sama teknis, perdagangan berkelanjutan, dan investasi hijau antara kedua negara," ucap dia.

Menurutnya, Indonesia mengundang lebih banyak mitra internasional untuk mendukung transisi yang cepat dan efektif menuju target energi bersih.

Indonesia setidaknya membutuhkan investasi hingga 1 triliun dollar AS sampai dengan tahun 2060 untuk membangun pembangkit dan transmisi energi terbarukan.

"Kebutuhan akan dukungan finansial akan semakin meningkat karena kami akan menerapkan pensiun dini pembangkit listrik berbahan bakar batubara di tahun-tahun mendatang. Oleh karena itu, kami membuka peluang investasi dan kerja sama yang luas untuk mencapai target tersebut," papar Arifin.