Find Us On Social Media :
Ilustrasi penumpang pesawat di Bandara Soekarno-Hatta. (KOMPAS.com)

INACA Prediksi Jumlah Penumpang Pesawat 2023 Tak Capai Target

Marselus Wibowo Rabu, 20 Desember 2023 | 10:41 WIB

SonoraBangka.ID - Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) memperkirakan jumlah penumpang pesawat domestik selama 2023 bakal di bawah target Kementerian Perhubungan (Kemenhub) karena beberapa hal.

Sekretaris Jenderal INACA Bayu Sutanto mengatakan, pihaknya memprediksi maskapai hanya akan melayani sekitar 70,8 juta penumpang tahun ini. Jumlah ini terdiri dari 66,8 juta pergerakan penumpang reguler dan 4 juta perkiraan jumlah pergerakan penumpang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.

Prediksi tersebut di bawah target Kemenhub yang sebesar 74,7 juta pergerakan penumpang. Prediksi tersebut juga masih di bawah saat sebelum pandemi Covid-19 yang jumlahnya mencapai 79,5 juta pergerakan di 2019, namun sudah melebihi pergerakan penumpang domestik pada 2022 yaitu 56,4 juta pergerakan penumpang.

"Tidak tercapainya target jumlah pergerakan penumpang di tahun 2023 ini dikarenakan beberapa kendala yang masih dihadapi oleh industri penerbangan Tanah Air," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (19/12/2023).

Dia mengungkapkan alasan jumlah penumpang pesawat domestik 2023 tidak mencapai target karena jumlah pesawat yang beroperasi sedikit dan kondisi finansial maskapai masih belum pulih pasca-pandemi Covid-19.

Sebab dengan sedikitnya jumlah pesawat yang dioperasikan oleh maskapai ini berakibat pada berkurangnya jumlah kapasitas kursi yang disediakan oleh maskapai untuk penerbangan domestik.

Pada 2019, jumlah pesawat yang beroperasi sekitar 650 unit dan pasca pandemi jumlah pesawatnya menyusut menjadi sekitar 450 unit.

Jumlah kapasitas kursi yang dapat disediakan pada 2019 mencapai 141,3 juta kursi sedangkan 2023 sampai dengan bulan Oktober berjumlah 67 juta kursi dengan tingkat keterisian pesawat 76 persen.

Menurutnya, berkurangnya jumlah pesawat ini dikarenakan beberapa hal yaitu kondisi supply chain bahan baku dan spareparts pesawat yang terganggu dengan bergejolaknya geopolitik di dunia seperti krisis Rusia-Ukraina dan Palestina-Israel.

Stok spareparts pesawat di pasar internasional menipis sehingga untuk mendapatkannya maskapai harus memberi uang panjar atau membayar lunas di depan.