SONORABANGKA.ID - Banana bread atau yang dikenal dengan roti pisang jadi naik daun karena pandemi virus corona. Banyak orang terutama di Amerika Serikat (AS) selama di rumah membuat banana bread ini .
Julie Ohana Founder of Culinary Art Therapy di West Bloomfield, Michigan, AS, menyebutkan kalau memasak memang punya manfaat untuk kesehatan mental di masa pandemi. Apalagi jika yang dimasak adalah makanan klasik penuh nostalgia. Bagi orang AS, makanan klasik tersebut adalah banana bread. Dikutip dari CNN banana bread ini punya sejarah yang menarik.
Sejarahwan makanan Linda Civitello, menyebutkan bahwa banana bread erat kaitan dengan inovasi makanan di AS. Termasuk produksi bahan kimia pembangkit adonan, roti yang praktis dibuat, dan distribusi bahan makanan cepat busuk dalam hal ini pisang.
Untuk mengembangkan adonan roti selama ribuan tahun mengandalkan ragi. Penggunaan ragi initerbilang tidak efisien karena butuh waktu berjam-jam untuk membuat adonan mengembang. Namun pada abad ke 18, orang AS mulai membuat roti dengan garam alkalin seperti kalium karbonat dan potash. Dua bahan kimia ini menimbulkan reaksi kimia dan merupakan cikal bakal baking powder serta baking soda yang kita gunakan sekarang ini.
"Baking powder adalah penemuan Amerika. Itu sangat Amerika, murah, cepat, dan sangat mudah," kata Civitello. Penemuan baking powder dan baking soda ini akhirnya melahirkan kategori kue dan roti baru yang praktis diolah. Sebut saja banana bread, pumpkin bread, dan poppy seed bread. Namun ketika orang AS dapat membuat roti praktis, mereka sebenarnya tak sanggup untuk membuat banana bread. Apa sebabnya?
Karena pada abad 18 sampai 19, orang AS tak sanggup membuat banana bread disebabkan harga pisang yang mahal. Pisang bukanlah buah umum yang disantap sehari-hari, harganya sangat mahal lantaran pisang terkenal sebagai tanaman yang tumbuh di iklim tropis. Sementara di AS, hanya beberapa negara bagian seperti Hawaii dan Florida yang punya iklim tropis.
Namun harga pisang berubah jadi murah ketika awal abad ke-20. Saat itu United Fruit Company mulai membawa panen perkebunan Amerika Latin ke Amerika Serikat. "Pada awal tahun 1930an, banana bread benar-benar mulai terkenal," kata ahli pembuat kue di King Arthur Flour Company, PJ Hamel. Populernya banana bread lantaran pada masa The Great Depression harga pisang sangat murah.
Saat masa krisis tersebut, orang AS sangat hati-hati untuk tidak menyisakan limbah makanan. Oleh karena itu mereka mencari akal ketika pisang sudah terlalu matang, diolah menjadi roti. Selama Perang Dunia II, para ibu rumah tangga membuat roti sederhana dan berukuran besar untuk memberi makan semua keluarga. Pada 1960, muncul tepung gandum dan gula merah. Hamel menyebutkan resep banana bread sangat mudah diubah untuk beradaptasi pada setiap era dan selera pribadi.
"Pisang cocok dengan segalanya, mau ditambahkan kacang, nanas, atau cokelat. Adonannya juga tebal, jadi ketika ditambahkan bahan lain mereka tidak tenggelam ke dasar loyang," kata Hamel. Baik Hamel maupun Ohana menyebutkan, bagi orang AS banana bread adalah pengingat masa lampau.
"Ini tentang relasi, tentang kenangan dan tentang mengaitkan pengalaman positif lainnya bersama dengan banana bread," kata Ohana. Banana bread baginya mampu menimbulkan perasaan gembira akan hangatnya roti buatan nenek, kala tertekan di masa pandemi sekarang ini.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Banana Bread, Kue yang Jadi Tren di Masa Pandemi", https://www.kompas.com/food/read/2020/06/11/132222375/sejarah-banana-bread-kue-yang-jadi-tren-di-masa-pandemi?page=all#page3.