SONORABANGKA.ID - Mendengkur pada saat tidur dianggap banyak orang hanya sebagai akibat dari kelelahan. Sementara, kondisi ini beberapa orang telah menyadari bahwa mendengkur bisa disebabkan oleh masalah kesehatan, seperti hidung atau saluran pernapasan yang tersumbat akibat alergi atau sinusitis. Seseorang mendengkur pada saat tidur bisa juga disebabkan karena kelebihan berat badan. Pasalnya orang dengan berat badan berlebih cenderung memiliki jaringan tenggorokan yang tebal, Sehingga menghalangi saluran pernapasan. Tapi, apakah benar mendengkur bisa jadi gejala penyakit jantung juga?
Dengkuran yang melibatkan terputusnya napas saat tidur atau kondisi yang dinamakan Obstructive Sleep Apnea (OSA), pasalnya dapat berakibat buruk bagi tubuh. Sleep apnea dapat membuat seseorang terkena penyakit jantung dan stroke dalam waktu yang lama.
Mendengkur saat tidur bisa jadi prediksi terjadinya serangan jantung.
Hal ini dijelaskan dalam buku buka fakta! 101 mitos kesehatan yang disusun oleh Nutrifood Research Center pada 2014, dikatakan bahwa apabila pasangan atau ada anggota keluarga yang mendengkur saat tidur, maka dari itu anda lebih baik mengawasinya terlebih dulu daripada langsung dibangungkan dan menyuruhnya pindah tempat tidur.
Orang-orang yang terkena speep apnea dari penelitian menunjukan bahwa memiliki kenaikan risiko terkena serangan jantung lebih tinggi 40 persen bila dibanding dengan orang yang tidurnya nyenyak atau tanpa mendengkur.
Faktor risiko sleep apnea salah satunya adalah berat badan dan orang-orang yang kegemukan sering mengalami sleep apnea saat tidur. Berita baiknya, menurunkan berat badan adalah strategi yang tepat untuk mengurangi mendengkur, sekaligus menurunkan kadar kolesterol, tekanan darah, serta risiko terkana diabetes mellitus. Namun, orang yang tidak mengalami sleep apnea saat tidur mendengkur belum tentu juga terbebas dari bahaya kesehatan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Henry Ford Hospital di Amerika Serikat (AS), menemukan bahwa dengkuran tanpa sleep apnea pun ternyata berhubungan dengan penebalan pembuluh nadi di leher (carotid artery). Dalam jangka waktu panjang, gejala ini dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah, yang kemudian berkembang menjadi berbagai penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung dan stroke.
Meski belum banyak studi yang menunjukkan hasil serupa, bukan berarti Anda akan mengabaikan saja dengkuran pasangan atau anggota keluarga lainnya, bukan? Jika orang yang mendengkur mengalami kegemukan, dukunglah mereka untuk bisa menurunkan berat badan hingga ideal. Apabila dengkurannya sudah mengganggu tidurnya, ajak juga mereka untuk berkonsultasi dengan dokter
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Benarkah Mendengkur Bisa Jadi Gejala Penyakit Jantung?", https://health.kompas.com/read/2020/06/16/200000368/benarkah-mendengkur-bisa-jadi-gejala-penyakit-jantung-?page=2.