Bagikan :
SonoraBangka.id - Seorang petugas bea cukai di Australia menghancurkan Sebuah tas kulit buaya seharga 18.900 dollar AS atau sekitar Rp 280 juta.
Hanya gara-gara si pemilik lupa mengurus izin impor seharga 50 dollar AS atau sekitar Rp 750.000, akhirnya pengahncuran dilakukan.
Awalnya, otoritas Perbatasan Australia menyita tas tersebut di depot kargo udara Perth, setelah tas itu dibeli oleh seorang wanita asal Australia Barat dari butik St. Laurent di Perancis.
Karena dicurigai tersangkut dalam masalah perdagangan satwa liar illegal, akhirnya tas tersebut disita.
Disebutkan, perempuan pembeli tas tersebut sebenarnya sudah mengantongi izin ekspor CITES dari Prancis, tetapi lalai mengajukan izin impor dari otoritas CITES Australia.
Para pejabat terkait mengatakan, sebenarnya produk turunan aligator adalah barang legal di Australia.
Melalui Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah ( CITES), penjualan produk semacam ini diatur secara ketat.
Namun beruntung, wanita tersebut tidak dikanai sanksi denda lagi.
Menteri Lingkungan Australia Sussan Ley ikut angkat bicara dalam kejadian ini.
"Kita semua perlu menyadari apa yang kita beli secara online, karena membatasi perdagangan produk hewani sangat penting untuk kelangsungan hidup jangka panjang spesies yang terancam punah," kata Ley kepada Sydney Morning Herald.
Menurut Ley, insiden tersebut harus menjadi pengingat bagi warga tentang pentingnya izin CITES sebelum mengimpor produk yang berasal dari kulit buaya, atau hewan dilindungi lainnya.
Ditambahakan Ley bahwa selain tentang keberadaan aturan, penting bagi orang untuk meluangkan waktu demi memikirkan pilihan mode yang etis.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tas Kulit Buaya Rp 280 Juta Dihancurkan, Gara-gara Lupa "Rp 750.000"", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/09/04/083522020/tas-kulit-buaya-rp-280-juta-dihancurkan-gara-gara-lupa-rp-750000.
