Saat Presiden Soekarno mendengar bahwa Frans Seda akan membuat koran, Frans pun melaporkan rencana itu.
Saat ditanya tentang nama koran yang akan dibuat, Frans Seda menjawab, "Bentara Rakyat, Bung!" Rupanya, Bung Karno tidak keberatan dengan lahirnya koran itu.
Malah, Bung Karno menjadi sosok yang melahirkan nama koran yang kini menjadi koran terbesar di Indonesia.
"Aku akan memberi nama yang lebih bagus. 'Kompas'. Tahu toh apa itu kompas? Pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba.." ujar Soekarno.
Di saat terakhir, ketika dummy dengan logo Bentara Rakyat siap dicetak, usulan itu disampaikan. Kemudian, ide nama dari Bung Karno itu diterima.
Wartawan Kompas kala itu, Edward Linggar, langsung menyiapkan logo dalam semalam.
Logo itu disetujui Jakob dan Ojong, dan dipakai hingga sekarang, meskipun ada sejumlah perubahan kecil terkait tebal/tipisnya huruf.
Sehingga pada tahun 1965, tepatnya pada tanggal 28 Juni, Jakob Oetama dan P.K. Ojong kembali bekerja sama dan melahirkan sebuah surat kabar yang diberi nama Kompas.
Nama Kompas diberikan langsung oleh Presiden Soekarno yang berarti penunjuk arah dan diharapkan dapat memberi pencerahan di jalan yang benar.
Dengan kerja keras dan ketekunan, Jakob dan Ojong pun membesarkan Kompas hingga dikenal seperti sekarang. Selain besar dari sisi bisnis, keduanya tetap menanamkan pentingnya nilai kemanusiaan dan etika jurnalistik tinggi dalam setiap laporan yang ditulis Kompas.
Jakob selalu menekankan, pengembangan bisnis harus sejalan dengan kepercayaan pembaca. Oleh karena itu, menjadi media yang dipercaya merupakan salah satu nilai yang dikedepankan.
Sementara itu, pada tahun 1970 lahirlah Toko Gramedia.
Setelah itu, pada tahun 1971 muncul Percetakan Gramedia, 1972 Radio Sonora, yang berarti suara merdu. Pada 1974 lahir Gramedia Pustaka Utama.
Pada tahun 1978 Kompas sempat dibredel oleh pemerintah Orde Baru. Dengan idealisme PK Ojong, ia dengan tegas menyatakan tidak mau diatur oleh pemerintah.
Pad tahun 1980, Kompas kembali berdiri dan ditangani oleh Jakob Oetama.