Para peneliti menemukan bahwa tingkat IQ berkolerasi positif dengan peringkat efektivitas pemimpin, pembentukan strategi, visi, dan beberapa karakteristik lainnya.
Peringkat puncak berada pada IQ pemimpin sekitar 120, yang lebih tinggi dari sekitar 80 persen pekerja kantor.
Di luar tingkat IQ tersebut, nilai efektivitas pemimpin menurun.
Para peneliti menyebut bahwa IQ "ideal", bisa lebih tinggi atau rendah, di berbagai bidang tergantung pada bagaimana pengaplikasian kemampuan teknik dan sosial dalam budaya kerja tertentu.
Dikutip dari Scientific American, Kamis (18/01/2018), Paul Sackett, profesor manajeman di University of Minnesota, AS mengungkapkan bahwa ini adalah temuan yang menarik dan mendalam.
Menurutnya, interpretasi yang tepat dari temuan ini adalah menyoroti kebutuhan untuk memahami apa yang dilakukan pemimpin ber-IQ tinggi yang menyebabkan persepsi yang rendah oleh pengikut dibanding menafsirkan dengan salah, yaitu 'Jangan mempekerjakan pemimpin IQ tinggi.
Disarankan oleh John Antonakis, sang penulis utama penelitian ini, agar para pemimpin menggunakan kecerdasan mereka untuk menghasilkan kalimat yang menarik untuk membujuk dan mengilhami orang lain.
"Saya pikir satu-satunya cara orang cerdas dapat menggunakan kecerdasan mereka dengan tepat dan terhubung dengan orang lain adalah berbicara dengan cara karismatik," ungkap Antonakis, psikolog di University of Lausanne, Swiss, itu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Benarkah Pemimpin Terlalu Cerdas Justru Tak disukai?", Klik untuk baca: https://sains.kompas.com/read/2018/01/22/183400323/benarkah-pemimpin-terlalu-cerdas-justru-tak-disukai.