"Menjadi PATEH, istilah lokal yang berarti “sama”. Demikian konsep penyeimbangan dualitas, seperti bagaimana masyarakat adat Bali Aga menganut kesetaraan dan penghormatan di antara semua makhluk hidup."
"Ini juga terhubung ke filosofi Bali, "Rwa Bhineda" yang mendefinisikan bagaimana dua hal yang berlawanan akan menciptakan keseimbangan kosmik," demikian diungkapkan dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Koleksi ini banyak menyertakan aksen tali, simpul dan lilitan, yang mencerminkan harmoni hubungan dan kebersamaan orang Bali.
Sementara itu, potongan dibuat rapi dan sederhana, memberi kesan proporsi yang seimbang dalam setiap busana.
Unsur tradisional yang diinjeksikan ke dalam koleksi ini juga termasuk ritual "Perang Pandan" dari Bali Aga, sebuah ritual pemulihan kedamaian dan kesucian, serta konsep simetris dan kekuatan yang berasal dari teknik tenun tekstil “Geringsingan” Bali Aga.
Koleksi PATEH juga memasukkan warna-warna terang seperti jingga dan kuning, walaupun biasanya didominasi siluet busana yang tenang dengan bahan-bahan yang ringan.
Warna yang begitu melambangakan Bali.
Nah, selain Aksu, Var Erte, Hanyutan, ES EM EL, dan AM oleh Anggiasari, yang merupakan brand lokal juga tampil dalam peragaan busana yang diselenggarakan oleh Fashion Division (FD) Asia.Europe dan Paris tersebut.
Melalui Channel Youtube Fashion Division, tersedia juga streaming online jika ingin menyaksikan peragaan busana yang bertempat di Château de Bourron, Prancis, ini.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tampil di Paris Fashion Week, Brand Lokal AKSU Angkat Budaya Bali", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/13/182413620/tampil-di-paris-fashion-week-brand-lokal-aksu-angkat-budaya-bali.