Di samping itu, kita perlu mewaspadai stres yang memengaruhi jantung dengan menyebabkan takotsubo cardiomyopathy atau yang dikenal sebagai "sindrom patah hati."
Menurut penjelasan ahli jantung di Dartmouth Hitchcock Medical Center, Lauren Gilstrap, MD, Takotsubo cardiomyopathy terasa seperti serangan jantung dengan gejala nyeri dada dan sesak napas.
Gejala tersebut bisa muncul secara tiba-tiba, dipicu oleh peristiwa emosional yang menegangkan, seperti kematian mendadak orang yang dicintai.
Melakukan aktivitas fisik dan olahraga merupakan cara yang dapat mengurangi stres secara keseluruhan, serta meningkatkan kesehatan jantung.
Namun, membuat perubahan gaya hidup untuk mengurangi stres sangatlah sulit bagi kebanyakan orang.
Nah untuk itu, Gilstrap merekomendasikan pasiennya untuk melihat secara realistis penyebab stres dalam hidup, dan mulai menyesuaikan apa yang mereka bisa lakukan.
Di saat bersamaan, mereka diminta untuk tidak terlalu khawatir tentang apa yang ada di luar kendali mereka.
"Hidup itu rumit dan orang memiliki tuntutan dari berbagai tempat," ujar Gilstrap.
Gilstrap mengatakan, bahwa ini tentang memperbaiki hal-hal, membangun kesuksesan, dan memberdayakan pasien untuk membuat perubahan yang lebih positif.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pahami, Hubungan antara Stres dan Potensi Serangan Jantung", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/18/210245020/pahami-hubungan-antara-stres-dan-potensi-serangan-jantung?page=2.