Oleh karena itu, ada baiknya orangtua untuk mengajak anak bermain atau mengobrol.
"Kalau ngobrol jangan cuma tanya tugas anak sudah selesai atau belum. Jangan-jangan dia enggak mau mengerjakan tugas karena ditanyain mulu."
Demikian ucap Saskhya dalam acara virtual 'BincangShopee: 11.11 Big Sale: Ciptakan Kebahagiaan Akhir Tahun dari Rumah', Kamis (22/10/2020).
Ia menambahkan, sebaiknya orangtua mencari topik pembicaraan seputar perasaan anak ketika mengikuti pembelajaran online.
Orangtua harus lebih peduli, apabila ternyata anak berkali-kali lalai mengerjakan tugas dalam jangka panjang dan disertai dengan perilaku tak biasa.
Misalnya, anak mengalami perubahan emosi yang drastis.
Dari yang tadinya pendiam tiba-tiba menjadi mudah marah dan meledak-ledak.
Atau bisa jadi sebaliknya. Anak yang tadinya ceria tiba-tiba menjadi pendiam dan mudah sedih.
Ciri lainnya adalah perubahan sikap. Anak menjadi semakin agresif atau bahkan sangat tergantung dengan orangtua.
Kemudian terjadi perubahan kemampuan. Anak yang tadinya sudah bisa makan sendiri tiba-tiba minta disuapi.
Atau yang tadinya sudah tidak mengompol jadi mengompol.
Diungkapkan Saskhya, jika tiga hal itu memburuk terus dan ditambah hal lain seperti mengerjakan rutinitas tidak mau, saat sekolah tidak konsentrasi, mungkin anak ada problem mental lain.
Nah, sebaiknya orangtua konsultasi ke pihak profesional untuk meminta bantuan, apabila kondisinya seperti itu.
Jadi dengan begitu, orangtua bisa cari tahu akar permasalahan pada anak dengan jelas, tanpa menebak-nebak dan menentukan treatment yang sesuai untuk mengatasinya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anak Lalai Kerjakan Tugas Sekolah Daring, Orangtua harus Apa?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/22/191033120/anak-lalai-kerjakan-tugas-sekolah-daring-orangtua-harus-apa?page=2.