Untuk melakukan latihan penciuman ini, seseorang harus mengendus setidaknya empat bau berbeda dua kali sehari, yang dilakukan setiap hari selama beberapa bulan.
Para peneliti bekerja dengan lebih dari 140 orang yang mengalami kehilangan atau perubahan pada indera penciuman mereka.
Menurut Philpott, latihan ini bertujuan untuk membantu pemulihan berdasarkan neuroplastisitas atau kemampuan otak untuk mengatur ulang dirinya sendiri sebagai pemulihan setelah adanya perubahan atau cedera.
Para partisipan diberi berbagai alat pelatihan penciuman, termasuk bau-bauan yang berbeda, seperti kayu putih, lemon, mawar, kayu manis, coklat, kopi, lavender, madu, stroberi, dan timi.
Philpott mengungkapkan, para peneliti menemukan bahwa munculnya parosmia dan kinerja penciuman pada pengujian identifikasi bau tersebut berkaitan dengan pemulihan yang signifikan secara klinis dalam fungsi penciuman seseorang setelah terinfeksi Covid-19.
"Artinya, latihan ini dapat membantu pemulihan kemampuan penciuman," ujarnya.
Para peneliti juga menemukan bahwa orang tua lebih mungkin untuk memulihkan indera penciuman mereka lebih cepat.
Sedangkan tingkat pemulihan paling terlihat adalah pada orang-orang yang mengalami kehilangan fungsi penciuman paling parah.
Para peneliti meyakini temuan mereka dapat membantu orang-orang yang kehilangan indra penciuman karena Covid-19, walaupun penelitian dilakukan sebelum pandemi.
Melalui jurnal The Laryngoscope, laporan tersebut dipublikasikan secara online baru-baru ini.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gangguan Penciuman karena Covid-19 Bisa Pulih dengan Cara Ini, Benarkah?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/12/03/084523020/gangguan-penciuman-karena-covid-19-bisa-pulih-dengan-cara-ini-benarkah?page=2.