Untuk menjalankan studi ini, van der Zee bersama para koleganya meminta sekitar 50 mahasiswa untuk menyelesaikan puzzle kayu sederhana dalam waktu 5 menit.
Namun, faktanya puzzle tersebut terlalu sulit untuk mereka pecahkan dalam waktu yang disediakan.
Van der Zee kemudian "menyembunyikan" solusi puzzle tersebut di sebuah ruangan, yang mendorong para partisipan untuk melakukan kecurangan.
Ia kemudian meminta siswa untuk tidak memberi tahu supervisor mereka bahwa dirinya "secara tidak sengaja" meninggalkan barang itu di ruangan karena takut mendapat konsekuensi profesional.
Van der Zee dan rekan-rekannya kemudian merekam wawancara ketika setiap siswa memberi tahu siswa lainnya tentang tantangan puzzle tadi, yang jika mereka mematuhi instruksi van der Zee maka mereka akan menyampaikan kebohongan.
Menggunakan akselerometer nirkabel (WiTilt), tim van der Zee merekam gerakan kepala, dada dan pergelangan tangan para siswa, baik siswa yang mengungkapkan tentang puzzle maupun yang hanya mendengarkan.
Para peneliti menemukan, ketika seorang siswa menyampaikan kebenaran, gerakan tubuh mereka berbeda dari orang yang mengajukan pertanyaan.
Namun, ketika mereka berbohong, gerakan kedua pembicara cenderung sejajar.
Menurut van der Zee, respons itu mungkin karena berbohong membutuhkan begitu banyak konsentrasi sehingga pembicara atau orang yang berbohong mungkin secara tidak sadar menirukan gerakan tubuh, paling halus sekalipun, dari pendengarnya.