Walau begitu, orangtua tetap harus berterus terang kepada anak jika ingin membaca buku hariannya dan ungkapkan alasan yang mendasarinya.
"Tekankan bahwa itu bukan tidak menghargai privasi atau tidak mempercayai anak. Tapi itu adalah tindakan kepedulian terhadap kesejahteraan anak," ujar Darling.
Pada akhirnya, keputusan untuk membaca buku harian anak tergantung dari pemikiran orangtua.
Jika orangtua khawatir dengan keamanan anak, maka hal itu bisa dilakukan.
Di sisi lain, orangtua harus paham bahwa membaca buku harian anak dapat berdampak negatif pada hubungan kedua belah pihak, setidaknya untuk jangka waktu tertentu.
Buku harian itu sakral, dan membacanya tanpa izin bisa mendatangkan masalah besar karena berarti tidak ada kepercayaan.
Komunikasi yang terbuka dengan anak sangat penting untuk memperbaiki hubungan.
Orangtua perlu menekankan dirinya menghormati privasi anak, tapi ada alasan khusus yang membuatnya hafus membaca buku harian anak.
Meskipun tidak langsung membuat situasi menjadi lebih baik, penjelasan akan membantu anak memahami tindakan orangtuanya adalah bentuk perhatian dan keinginan melindunginya.
Masing-masing orangtua dan anak memiliki cara yang berbeda. Diskusikan cara terbaik menangani situasi serupa di masa mendatang.
Seperti meminta anak untuk lebih terbuka. Sebab, orangtua juga perlu mendengarkan alasan anaknya tidak mengungkapkan semua yang dialami.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bolehkah Orangtua Baca Buku Harian Anak?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/01/11/171032820/bolehkah-orangtua-baca-buku-harian-anak?page=2.