Makan cepat itu sendiri tidak menyebabkan diabetes tipe 2. Tetapi, ada kemungkinan bahwa kebiasaan makan dengan terburu-buru dapat memberikan dorongan ekstra pada tubuh ke arah itu.
Pasalnya, makan terlalu cepat dikaitkan dengan risiko resistensi insulin yang lebih tinggi, yang ditandai dengan kadar gula darah dan insulin yang tinggi.
Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak menggunakan insulin secara efektif dan dapat menyebabkan diabetes tipe 2 seiring waktu.
Tentu saja, makan cepat berhubungan dengan obesitas sebagai penyebab utama resistensi insulin.
Namun, sebuah studi menemukan bahwa, makan cepat dapat juga menambah risiko seseorang terkena diabetes tipe 2 meski mereka mengontrol tingkat body mass index (BMI).
Melansir laman Clean Eating, makan cepat dan kenaikan berat badan yang terkait dapat meningkatkan risiko sindrom metabolik, yakni sekelompok faktor yang meningkatkan risiko tidak hanya diabetes, tetapi juga penyakit jantung dan stroke.
Sebuah studi melibatkan hampir 9.000 orang usia lebih dari 40 tahun yang tidak memiliki sindrom metabolik pada awalnya.
Selama tiga tahun ke depan, pemakan cepat diketahui lebih mungkin mengembangkan sindrom metabolik daripada mereka yang makan lebih secara perlahan.
Secara khusus, pemakan cepat cenderung memiliki lingkar pinggang yang besar dan kadar kolesterol baik (HDL) yang rendah.
Kondisi ini adalah dua faktor risiko yang membentuk sindrom metabolik, dan sering kali merupakan pertanda penyakit jantung.
sekelompok faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung.