Rupanya beberapa peneliti menemukan hubungan antara kekerasan yang dilakukan dalam permainan dengan potensi tindakan yang sebenarnya dalam dunia nyata.
Disebutkan bahwa banyak orang, terutama remaja, dengan mudah akan meniru tokoh atau idola mereka dalam kehidupan nyata.
Bila dahulu orang meniru tokoh superhero seperti Superman atau Batman, dan tokoh idola seperti bintang pop dan rockstar, bukan tidak mungkin kini mereka juga meniru tampilan dan tindakan tokoh penjahat.
Apakah ada buktinya?
Laporan di Chicago, menyebutkan adanya peningkatan jumlah pembajakan mobil di dalam kota.
Lalu beberapa orang yang terlibat dalam pembuatan hukum Illinois, termasuk Evans Jr, mengaitkan peningkatan tersebut dengan video game seperti Grand Theft Auto yang mungkin menjadi penyebabnya.
Penegak hukum memperhatikan adanya kesamaan antara pembajakan mobil di kehidupan nyata di Chicago dengan aksi yang umum dilakukan pemain di GTA.
Polisi juga menerima 218 panggilan untuk kasus pembajakan mobil pada bulan Januari saja.
Meski begitu masih banyak pertanyaan soal efektivitas undang-undang ini bila jadi dilaksanakan.
Pertama-tama, apakah pelarangan GTA akan benar-benar bisa menurunkan kejahatan pembajakan mobil?
Perlu diketahui, pembajakan mobil bukanlah ide asli dari GTA, namun merupakan kejahatan yang hampir mewabah di banyak kota AS selama tahun 80-an & 90-an.
Kedua, praktek larangan semacam itu juga bakal sulit dilakukan. Dengan maraknya e-commerce, semua orang bisa membeli game dengan mudah.
Nah, bagaimana mencegah seseorang membeli game secara online?
Tentunya, lagi-lagi peran keluarga dan lingkungan menjadi sangat menentukan pilihan seorang anak dalam bermain game. Kamu setuju?
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Game Grand Theft Auto Diusulkan untuk Dilarang?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/02/26/110217320/mengapa-game-grand-theft-auto-diusulkan-untuk-dilarang?page=2.