Tugas para orangtualah untuk mencari tahu apa yang ingin mereka ungkapkan.
Jika anak merasa kesal terhadap suatu hal, ia pasti akan melihat hal itu sebagai hal yang negatif. Tanyakan padanya kenapa ia merasa kesal.
Anda dan si kecil bisa mencari solusi dengan berdiskusi bersama.
Intinya adalah fokus pada pemecahan masalahnya, jangan pada kesulitan yang sedang dirasakan saat ini.
Anak pun akan belajar menumbuhkan sikap optimis dan mencari jalan keluar dari orangtuanya.
2. Hindari memberikan “label” atau “cap” pada anak
Sadar atau tidak, anak-anak akan berusaha memenuhi atau melawan segala harapan orangtuanya.
Jadi, setiap kali Anda mengatakan, “Anak kedua saya adalah anak saya yang paling pemalu,” dan itu didengar oleh si kecil, maka hal itu akan menjadi identitas permanen dalam dirinya.
Pelabelan negatif pada anak bisa membahayakan konsep diri anak, dan membuat orangtua menghadapi hal yang tak ia sukai dalam diri anak terus menerus.
Anda harus ingat bahwa setiap orang terlahir berbeda termasuk si kecil, ia sudah pasti berbeda dengan adik atau kakaknya.
Jadi, jangan berikan “label” pada anak dengan sebutan anak malas, pemalu, pemarah, atau apapun itu.
Hal ini mungkin hanya akan membuatnya tumbuh sesuai dengan label yang Anda berikan.
Jika hal ini terjadi, ia tumbuh menjadi anak yang cenderung pesimis bukan menjadi anak optimis.
3. Coba ubah hal yang negatif menjadi positif