Tanaka hidup melalui dua perang dunia dan pandemi yakni flu Spanyol tahun 1918, serta Covid-19. "Saya tidak ingat dia berbicara banyak tentang masa lalu.
Namun, dia berpikiran maju dan sangat menikmati hidup di masa sekarang," ungkap Eiji.
Usianya kini hampir setua Olimpiade yang pertama kali digelar pada tahun 1896.
Saat Olimpiade terakhir digelar di Tokyo pada 1964, Tanaka berusia 61 tahun. Sejauh ini, Tanaka sudah melewati 49 olimpiade musim dingin dan panas.
Sekarang dia tinggal di panti jompo, di mana dia biasanya bangun jam enam pagi dan menikmati permainan papan strategis othello.
Keluarga Tanaka tidak bisa mengunjunginya selama 18 bulan karena pandemi Covid-19.
Di usia yang sudah sangat tua, Tanaka masih memiliki keingintahuan yang tinggi dan gemar berhitung untuk menjaga pikiran tetap tajam, serta tubuh yang sehat.
Namun Tanaka bukan satu-satunya centenarian atau orang dengan usia lebih dari 100 tahun di Jepang.
Tahun lalu, Jepang mencatat ada lebih dari 80.000 centenarian. Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang mengatakan jumlah tersebut meningkat setiap tahunnya dalam kurun waktu 50 tahun terakhir.
Pada tahun 2020, satu dari setiap 1.565 orang di Jepang berusia di atas 100 tahun, sebanyak 88 persen di antaranya adalah wanita.
Tahun 2019, Guinness Book of Record memberi sertifikasi bagi Tanaka sebagai orang tertua yang masih hidup di dunia setelah wanita tertua asal Perancis meninggal pada usia 122 tahun.
Di Jepang, wanita memiliki harapan hidup 87,45 tahun dibanding pria yang berada di angka 81,4 tahun.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat Manusia Tertua di Dunia Jadi Pembawa Obor Olimpiade 2021", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/03/06/132831120/saat-manusia-tertua-di-dunia-jadi-pembawa-obor-olimpiade-2021?page=all.