Ini menunjukkan relaksasi pada tikus normal memang dipicu oleh sinyal penciuman yang ditimbulkan oleh aroma linalool.
Terlebih lagi, efek anti kecemasan pada tikus normal menghilang ketika mereka diberi flumazenil.
Flumazenir merupakan antagonis benzodiazepin yang memblokir reseptor sel otak dari aktivasi benzodiazepin.
Berdasarkan laporan di laman Hello Sehat, obat ini digunakan untuk meredakan rasa kantuk, sensasi teler, dan efek lain yang disebabkan oleh benzodiazepin.
“Ketika digabungkan, hasil menunjukkan linalool tidak bertindak langsung pada reseptor itu, seperti yang dilakukan benzodiazepin," papar Kashiwadai.
Menurut dia, reseptor sel otak tersebut harus diaktifkan melalui neuron penciuman di hidung untuk menghasilkan efek relaksasi.
Riset ini juga menunjukkan kemungkinan relaksasi yang terlihat pada tikus yang diberi makan atau disuntik dengan linalool.
Menurut Kashiwadai, kondisi ini bisa disebabkan oleh bau senyawa yang dipancarkan dalam napas yang dihembuskan.
Periset mengharapkan adanya penelitian untuk menetapkan keamanan dan khasiat linalool yang diberikan melalui cara yang berbeda sebelum diapliaksikan pada manusia.
Meski demikian, periset yakin temuan ini membawa manusia lebih dekat pada penggunaan klinis linalool, demi membantu meredakan kecemasan dan stres.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Aroma Lavender Mampu Atasi Depresi, Benarkah?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2018/10/24/150000920/aroma-lavender-mampu-atasi-depresi-benarkah-?page=2.