Ini adalah masa perubahan yang berat. Anak mungkin akan kehilangan kebiasaan lamanya dan khawatir ke depannya akan lebih buruk.
Tapi, anak-anak dengan mental kuat paham bahwa perubahan bisa membuat mereka menjadi lebih kuat, meskipun awalnya akan sangat berat.
Untuk membentuk mentalitas ini, cobalah mengajari anak untuk melabeli emosi negatifnya dengan nama yang tidak terlalu terdengar menyedihkan.
Sayangnya, tak semua orang meluangkan cukup waktu untuk mengenali apa yang dirasakannya.
Orang-orang dewasa bahkan menghabiskan waktu untuk menghadapi emosi-emosi tersebut alih-alih mengenalinya.
Jadi, ketika anak menghdapi perubahan, cobalah ajak mereka membicarakan tentang apa yang dirasakannya.
Bantu mereka untuk menggunakan kata yang tepat dalam mendeksripsikan emosi tersebut. Seperti bahagia, sedih, frustrasi, dan lainnya.
3. Tahu kapan mengatakan "tidak"
Banyak orang kesulitan mengatakan "tidak" hingga mereka dewasa.
Padahal, pada beberapa situasi, tidak mengatakan "ya" bisa membuat kita menjadi lebih kuat.
Anak mungkin belum terbiasa melakukannya. Tapi, orangtua bisa menyampaikan pada anak bahwa mereka boleh berkaya "tidak" agar anak bisa membiasakan dirinya.
Menyampaikan pada anak bahwa mereka tidak harus melakukan hal yang tidak mereka inginkan juga bisa membantu mengurangi stres anak.
Latih anak untuk mengetahui konsekuensi pilihannya ketika memilih "ya" atau "tidak".
Namun, meskipun mengatakan "tidak", ajari anak agar menjawabnya dengan cara yang sopan.