SonoraBangka.id - Tidak sedikit orangtua yang mulai meninggalkan kekerasan fisik pada anak-anaknya, namun tidak dengan kekerasan verbal.
Tak sedikit orangtua yang masih berteriak, membentak, dan berkata kasar ketika buah hatinya melakukan kesalahan.
Walau tidak menyentuh fisik, kekerasan verbal juga melukai anak, apalagi jika dilakukan oleh orangtua, guru, atau pelatihnya.
Anak bisa mengalami trauma emosional yang berdampak jangka panjang.
Hal paling buruk dari pola asuh orangtua semacan itu adalah rusaknya self-esteem anak, rusaknya kemampuannya untuk percaya dan membentuk hubungan, serta turunnya kemampuan akademik anak.
Temuan dari penelitian-penelitian terbaru juga mengungkap, kekerasan verbal yang diterima anak sama-sama merusak emosinya seperti halnya kekerasan fisik dan seksual.
Anak juga lebih beresiko mengalami depresi dan kecemasan. Orangtua mungkin tak menyadari tindakannya selama ini merupakan bentuk kekerasan verbal sehingga tanpa sadar terus melakukannya.
Itu sebabnya sebagai orangtua kita perlu mengingat bahwa ketika sedang marah dan emosional, apa yang kita ucapkan pada anak bisa berpengaruh.
Sebagai orangtua, kita menjadi role model bagi anak, sehingga jika kita sering kehilangan kontrol diri, melakukan kekerasan, dan tidak peduli pada perasaan anak, kita pun sedang membesarkan anak yang akan melakukan hal yang sama kelak.
Seseorang dianggap melakukan kekerasan verbal pada anak jika melakukan hal-hal berikut:
Tanda anak menderita oleh kekerasan verbal:
Kemungkinan, ia mungkin akan sulit berteman, tertinggal dalam pelajaran, atau melakukan perilaku regresi seperti mengompol lagi, mengisap jempol, atau perilaku menarik-narik rambut.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Omelan dan Bentakan Orangtua Bisa Sebabkan Anak Trauma ", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2019/07/23/082415520/omelan-dan-bentakan-orangtua-bisa-sebabkan-anak-trauma.