Gaya hidup tidak sehat meningkatkan risiko hipertensi
Faktor risiko hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi atau tidak bisa diubah, dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
"Umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga adalah faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah atau dimodifikasi," tutur dia.
Sementara itu, faktor risiko hipertensi yang bisa dimodifikasi meliputi pola makan dan gaya hidup kita.
Pola makan yang disarankan untuk mencegah hipertensi diantaranya adalah membatasi konsumsi garam dan memperbanyak buah dan sayuran.
Buah dan sayuran mengandung kalium, kalsium dan magnesium, yang bisa mencegah hipertensi.
Tak kalah penting, aktivitas fisik juga harus dilakukan secara teratur. "Cobalah berjalan kaki sejauh 3 kilometer, atau berolahraga selama 30 menit, lima hari dalam seminggu."
Mendeteksi penyakit hipertensi sejak dini
Badai memaparkan, berdasarkan sebuah data terungkap sebanyak 32 persen orang tidak pernah mengetahui berapa tekanan darah yang dimiliki karena tidak pernah mengukur atau mengecek tekanan darahnya.
Risiko hipertensi bisa diketahui lebih awal dengan melakukan pengukuran tekanan darah di rumah (PTDR) atau disebut home blood pressure monitoring (HBPM).
Disebutkan Badai, tensi meter yang terdapat di rumah tangga dengan tensi meter yang digunakan oleh rumah sakit memiliki perbedaan dalam mengukur tekanan darah.
"Di rumah sakit, jika tensi meter rumah sakit menunjukkan tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg, itu namanya hipertensi."
Sementara itu Badai juga mengungkapkan, bahwa di saat menggunakan tensi meter rumahan, kita dikatakan mengalami hipertensi apabila angka tekanan darah sistolik di atas 135 mmHg dan atau tekanan darah diastolik di atas 85 mmHg.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gaya Hidup yang Sebabkan Orang Muda Sakit Hipertensi", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/06/03/200106520/gaya-hidup-yang-sebabkan-orang-muda-sakit-hipertensi?page=all.