Namun, berbeda dengan anak usia di bawah 1 tahun, risiko terkena Covid-19 lebih besar.
“Salah satu faktor yang mungkin memengaruhi risiko itu adalah sistem kekebalan anak," kata Tuty.
Sedangkan anak yang lebih besar sudah sering diserang berbagai virus dan bakteri sehingga daya tahan tubuhnya lebih terlatih.
"Walau begitu, kemungkinan ini masih butuh penelitian lebih lanjut,” ujar dr. Tuty.
Namun perlu diingat, sekecil apa pun presentasenya tetap ada sekian anak yang berisiko terinfeksi.
Gimana penularan Covid-19 di sekolah?
Menurut WHO, peran anak-anak dalam penularan Covid-19 secara umum belum sepenuhnya dipahami.
Tuty menerangkan, hingga saat ini, sejumlah kluster muncul di sekolah-sekolah di berbagai negara karena biasanya gejala pada anak lebih sedikit dan sakitnya tidak terlalu parah. Kasus positif Covid-19 kadang tak terdeteksi.
Data studi awal pun menunjukkan tingkat penularan di kalangan remaja lebih tinggi ketimbang pada anak berusia lebih muda.
“Yang pasti, kesadaran anak untuk menerapkan protokol kesehatan secara umum lebih rendah ketimbang orang dewasa. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang memengaruhi peran anak-anak dalam penularan Covid-19 di sekolah,” ujar Tuty.
Dia mengingatkan, masa inkubasi virus corona pada anak-anak sama dengan orang dewasa.
Adapun jarak antara paparan Covid-19 dan munculnya gejala pertama kali rata-rata 5-6 hari, selambatnya 14 hari.
Meski demikian, ada laporan periode inkubasi virus yang bisa mencapai 24 hari.
Karena itu, lama isolasi mandiri bagi anak juga sama dengan orang dewasa.
“Baik anak maupun orangtua mesti mematuhi pedoman mengenai karantina dan isolasi mandiri terkait dengan Covid-19 bila ada dugaan tertular. Sebaiknya segera menghindari kontak langsung dengan anggota keluarga lain yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid yang serius,” ujar dr. Tuty. (*)