( )

Belasan Ribu Mahasiswa Di Wisuda Di Wuhan Tanpa Adanya Protokol Kesehatan Covid 19

17 Juni 2021 07:30 WIB

SonoraBangka.Id - Kegembiraan dirasakan para wisudawan di WuhanChina.

Sekitar 11.000 orang diwisuda secara massal tanpa ketakutan virus penyebab Covid-19.

Luapan bahagia itu terpancar dari foto-foto wisuda yang menyebar di internet.

 

Tahun lalu, Wuhan menjadi sorotan karena dianggap sebagai biang kerok kemunculan virus corona.

Wuhan, China, tempat pertama kali virus corona terdeteksi, menggelar wisuda massal tanpa jarak sosial dan tak mengenakan masker.

Mereka melakukan itu ketika sebagian besar dunia masih berjuang dengan wabah.

Dilansir Forbes, lebih dari 11.000 lulusan perguruan tinggi di Wuhan menerima gelar diploma mereka pada akhir pekan kemarin.

Total 11.000 lulusan Central China Normal University membawa pulang gelar mereka pada Minggu (13/6/2021).

Ada 2.000 di antaranya merupakan alumni yang tahun kemarin tidak dapat menghadiri upacara kelulusan karena pandemi.

Seperti diketahui, Wuhan yang memiliki 11 juta penduduk ditempatkan dalam

penguncian (lockdown) virus corona pada awal 2020 lalu.

Pihak berwenang mengklaim tidak ada kasus virus corona dari penularan komunitas terdeteksi di kota itu dalam lebih dari setahun.

Meskipun laporan resmi China terus dikecam karena diduga mengurangi jumlah korban pandemi.

 

Acara wisuda massal itu digelar di tengah pengawasan mata internasional bahwa

pandemi virus corona dimulai dari kebocoran laboratorium di Institut Virologi Wuhan.

Sebuah teori yang dibantah oleh para pejabat China dan kini masih dalam penyelidikan lebih lanjut.

Beri tanggapan

Ilmuwan China dokter Shi Zhengli memberikan tanggapan mengenai teori

bahwa pandemi virus corona (Covid-19) berasal dari kebocoran Institut Virologi Wuhan.

Kepada New York Times, dokter Shi Zhengli membantah institusinya menjadi penyebab bencana kesehatan tersebut.

Didesak mengenai bukti kaitan Covid-19 dan Institut Virologi Wuhan, dokter Shi

Zhengli mengatakan pihaknya tidak memilikinya.

"Bagaimana saya bisa menawarkan bukti untuk sesuatu yang tidak ada buktinya?"

 

kata dokter Shi Zhengli dikutip dari Channel News Asia.

"Saya tidak tahu bagaimana dunia menjadi seperti ini, terus-menerus menuangkan

kotoran pada ilmuwan yang tidak bersalah," sambungnya.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Joe Biden bulan lalu memerintahkan Badan Intelijen Amerika

Serikat untuk melapor kepadanya dalam tiga bulan ke depan tentang asal-usul virus corona (COVID-19).

Biden meminta Badan Intelijen AS untuk memastikan apakah COVID-19 pertama kali

muncul di China dari sumber hewan atau dari kecelakaan berupa kebocoran laboratorium.

Diketahui, hipotesis kebocoran laboratorium telah dilontarkan sebelumnya selama

pandemi, termasuk oleh pendahulu Biden, Donald Trump, tetapi secara luas diberhentikan sebagai teori konspirasi.

"Badan Intelijen harus melipatkandakan upaya mereka untuk mengumpulkan dan

 

menganalisis informasi yang dapat membawa kita lebih dekat ke kesimpulan

yang pasti, dan melaporkan kembali kepada saya dalam 90 hari," kata Joe Biden dikutip dari Channel News Asia.

Sementara itu, Kedutaan Besar China di Amerika Serikat mengatakan, mempolitisasi

asal-usul COVID-19 hanya akan menghambat penyelidikan lebih lanjut dan merusak upaya global untuk mengekang pandemi.

Pada Rabu (26/5/2021) malam, dalam sebuah pernyataan di situsnya, Kedutaan

China mengatakan beberapa kekuatan telah terpaku pada manipulasi politik dan permainan menyalahkan.

Ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersiap untuk memulai studi fase kedua

tentang asal-usul COVID-19, China berada di bawah tekanan untuk memberi penyelidik lebih banyak akses di Wuhan.

China telah berulang kali membantah laboratorium itu bertanggung jawab, dengan

mengatakan Amerika Serikat dan negara lain berusaha mengalihkan perhatian dari kegagalan mereka sendiri untuk menahan virus.

Yanzhong Huang, rekan senior untuk kesehatan global di Council on Foreign

Relations di Washington, mengatakan kurangnya keterbukaan China adalah faktor utama di balik kebangkitan teori kebocoran laboratorium.

"Tidak ada yang benar-benar baru di sana untuk membuktikan hipotesis tersebut," katanya dikutip dari Channel News Asia.

"Dalam penyelidikan asal usul pandemi, sangat penting memiliki transparansi untuk membangun kepercayaan pada hasil penyelidikan," lanjutnya.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm