Hal ini untuk memastikan metodenya tepat dan hasilnya juga sesuai. Dikhawatirkan, masyarakat salah menginterpretasikannya hasilnya.
Akibatnya, penanganan yang diberikan tidak tepat dan berisiko meningkatkan penyebaran virus.
Selain itu, tes swab antigen dilakukan dengan mengambil sampel cairan pernapasan.
Dari sampel tersebut, kita mungkin saja bisa terinfeksi virus jika penerapannya tidak tepat.
Aspek lain yang harus diperhatikan pula adalah pengolahan sampah alat kesehatan ini.
"Sisa tes swab yang kita pakai kan termasuk sampah medis, ada cara sendiri pengolahannya," ujar dokter penyakit dalam yang aktif dalam edukasi Covid-19 ini.
Ketika masyarakat memakai alat kesehatan ini sendiri, ada kecederungan membuangnya seperti sampah biasa.
Hal ini juga berisiko meningkatkan penyebaran virus khususnya jika seseorang terbukti positif Covid-19.
"Bisa juga karena salah interprestasi disangka negatif, buang sembarang padahal sebenarnya positif dan menyebarkan virus ke orang lain," tandasnya.
Karena berbagai alasan ini, ia mengingatkan masyarakat untuk tidak gegabah melakukan tes mandiri.
Lebih baik memanfaatkan layanan uji swab antigen yang kini banyak tersedia di faskes.
Apalagi saat ini banyak penyedia layanan kesehatan yang bersedia datang ke rumah dengan biaya yang terjangkau.
Menurutnya, tak ada alasan untuk masyarakat melakukannya sendiri, apalagi tanpa kompetensi.