Menurut dia, karena transmisi dipaksa bergerak dalam kondisi bobot dan gerak mobil yang mengarah ke belakang saat menanjak.
"Tekanan oli transmisi yang dihasilkan jadi lebih besar untuk mengimbangi kekuatannya. Oli transmisi lebih cepat panas, akhirnya overheat dan transmisi nge-loss," ujar Hermas.
"Transmisi matik punya karakter penyaluran tenaga yang halus. Kalau di tengah tanjakan berhenti, pindahkan tuas transmisi ke posisi paling rendah agar mendapat torsi maksimal, baru setelah tanjakan usai pindah kembali ke posisi D,” tuturnya.
Hal serupa juga diucapkan oleh Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, saat menggunakan mobil matik di jalur pegunungan sebaiknya memposisikan transmisi pada L (low) atau ke 2.
"Mengendarai mobil di hill driving atau mountain driving, naik turun lembah begitu, maka setiap sebelum tanjakan persneling sudah diturunkan dari Drive (D) ke Low atau ke 2 (bagi yang sudah ada)," kata Jusri.
Posisi transmisi low atau 2 pada mobil matik, seperti gigi 1 pada mobil manual. Sehingga, baik saat digunakan untuk tanjakan yang sangat curam atau ketika terjebak macet dan berjalan merayap di tanjakan.
Saat melakukan perpindahan gigi, Jusri menyarankan untuk melakukannya sebelum menanjak. Sehingga, mobil mempunyai tenaga saat akan berjalan naik dengan tanjakan yang cukup curam.
Sebab, kalau terlambat dalam memindahkan transmisi bukan tidak mungkin mobil akan kehilangan tenaga.
"Jangan lagi di tanjakan baru melakukan perpindahan, karena kalau dilakukan saat di tengah tanjakan dan elevasinya curam maka mobil bisa hilang tenaga, “ tuturnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cara Melewati Tanjakan Pakai Mobil Transmisi Matik, Jangan Lupa Pindah Gigi", Klik untuk baca: https://otomotif.kompas.com/read/2021/09/06/081200915/cara-melewati-tanjakan-pakai-mobil-transmisi-matik-jangan-lupa-pindah-gigi?page=all#page2.