“Motorsport itu olahraga yang sangat berbahaya, oleh karena itu diperlukan peralatan yang dapat melindungi pembalap dari risiko fatal,“ ujar Rifat.
“Mobil yang ditunggangi Sean dirancang untuk balapan dan dilengkapi dengan safety device yang sesuai. Jika mobil yang dtunggangi adalah mobil balap dengan teknologi lama yang peralatan safety-nya juga sudah usang, mungkin hanya bisa berserah kepada Tuhan.” tambahnya.
Sirkuit Mandalika dan kecelakaan yang dialami Sean seharusnya dapat menjadi momen bahwa kondisi motorsport Indonesia harus dapat ditingkatkan lebih dari sekadarnya seperti yang terjadi selama ini.
Jangan berharap pembalap Indonesia dapat berbicara di arena dunia kalau peralatan yang dipakai saja masih seadanya. Pihak-pihak terkait sudah harus memikirkan cara bagaimana pembalap Indonesia dapat memperoleh peralatan dengan lebih mudah.
Menurut Rifat salah satu cara adalah dengan mengubah beberapa aturan yang terkait dengan import kendaraan dan sparepart-nya. Misal, larangan jual beli blok mesin baru, berbelitnya aturan import mobil untuk balapan, juga pengenaan pajak yang tinggi untuk spare part peralatan keselamatan balap.
“Sebagai insan motorsport, saya pribadi memohon pemerintah untuk dapat memperhatikan kebutuhan olahraga balap ini. Mungkin lewat pelonggaran aturan yang memudahkan mendapatkan kendaraan dan peralatan balap,” kata dia lagi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pebalap Indonesia Kerap Ketinggalan, Cuma Mampu Mobil Balap Bekas", Klik untuk baca: https://otomotif.kompas.com/read/2021/12/03/094200215/pebalap-indonesia-kerap-ketinggalan-cuma-mampu-mobil-balap-bekas?page=all#page2.