BPOM menerbitkan EUA vaksin AstraZeneca pada 22 Februari 2021 dengan nomor EUA 2158100143A1.
Adapun izin penggunaan darurat untuk diberikan usai melakukan evaluasi bersama Komite Nasional Penilai Obat dan pihak lainnya.
Vaksin AstraZeneca memiliki efikasi sebesar 62,1 persen.
Kemudian dalam penggunaannya, vaksin ini diberikan secara intramuskular dengan dua kali penyuntikan.
Setiap penyuntikan dosis yang diberikan sebesar 0,5 persen dengan interval minimal pemberian antar dosis yaitu 12 minggu.
3. Coronavac/Vaksin PT Bio Farma
Coronavac merupakan vaksin Sinovac yang diproduksi oleh PT Bio Farma.
BPOM menerbitkan izin penggunaan darurat untuk vaksin Covid-19 yang diproduksi PT Bio Farma pada 16 Februari 2021.
Vaksin ini memiliki bentuk sediaan vial 5 ml. Setiap vial berisi 10 dosis vaksin yang berasal dari virus yang di-inaktivasi.
Untuk menjaga mutu dan kualitasnya, vaksin Covid-19 tersebut harus disimpan dalam tempat penyimpanan dengan suhu stabil antara 2-8 derajat celsius.
4. Zifivax
Zifivax merupakan jenis vaksin yang dikembangkan dan diproduksi oleh Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical dengan platform rekombinan protein sub-unit.
Artinya, vaksin yang diproduksi dari spike glikoprotein atau bagian kecil virus yang akan memicu kekebalan tubuh saat disuntikkan ke tubuh manusia.
BPOM menerbitkan EUA untuk vaksin Zifivax pada 7 Oktober 2021 dan memiliki efikasi 81,71 persen.
Vaksin Zifivax diberikan untuk usia 18 tahun ke atas.
Vaksin ini diberikan sebanyak 3 kali suntikan secara intramuskular dengan interval pemberian 1 bulan dari penyuntikan pertama ke penyuntikan berikutnya.
Dosis vaksin yang diberikan pada setiap kali suntikan adalah 25 mcg (0,5 mL).
Dari hasil uji klinik yang dilakukan, pemberian vaksin Zifivax secara umum dapat ditoleransi dengan baik.
5. Sinopharm
Vaksin Sinopharm merupakan jenis vaksin yang diproduksi platform inactivated virus atau virus yang dimatikan. Vaksin ini didistribusikan oleh PT. Kimia Farma.
Pada 29 April 2021, BPOM mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin Sinopharm.
Adapun hasil evaluasi pemberian vaksin sinopharm dua dosis dengan selang pemberian 21 hari menunjukkan aspek keamanan yang dapat ditoleransi dengan baik.
Berdasarkan hasil uji klinik fase III yang dilakukan oleh peneliti di Uni Emirates Arab (UAE) dengan subjek sekitar 42 ribu menunjukkan efikasi vaksin Sinopharm sebesar 78 persen.