SonoraBangka.ID - Pernahkah Anda membayangkan berada di ruang operasi rumah sakit (RS) berteknologi canggih? Layaknya dalam film fiksi ilmiah, Anda terlentang di meja operasi dan melihat tangan-tangan robot, alih-alih dokter.
Robot bedah itu merawat Anda dengan cermat dan tepat. Pada zaman modern seperti saat ini, hal itu bukan lagi cerita yang hanya bisa didapatkan dalam film. Pasien penderita kanker kandung kemih asal China berhasil membuktikan keandalan teknologi robot bedah, Micro Hand.
Melansir Xinhua.net, Selasa (6/10/2020), operasi kandung kemih dengan bantuan robot tersebut dilakukan Profesor Niu Haitao dari RS Afiliasi Universitas Qingdao di Provinsi Shandong, China Timur. Pada operasi tersebut, Profesor Niu mengendalikan lengan konsol master robot Micro Hand secara jarak jauh dari ruang operasi RS Rakyat Distrik di Anshun, Provinsi Guizhou, China Barat Daya.
Hal yang membuat terkesan adalah robot mampu mengulangi gerakan dokter secara akurat, bahkan menghilangkan lesi pada area yang ditargetkan. Selain itu, penerapan teknologi proyeksi holografik memungkinkan Profesor Niu berinteraksi dengan pasien dan staf medis di tempat operasi hampir tanpa jeda waktu.
Singkat cerita, kegiatan operasi berjalan lancar tanpa ada pendarahan ataupun komplikasi meski pasien dan dokter terpisah oleh jarak sejauh 3.000 kilometer (km). Selain menghemat waktu karena tak perlu mendatangi dokter yang berada pada tempat berbeda, pasien juga tak harus dibebankan biaya lebih untuk akomodasi dan biaya perjalanan.
Perlu diketahui, Micro Hand merupakan salah satu robot generasi terbaru yang dikembangkan China dengan teknologi 5G. Jadi, keberhasilan operasi tadi merupakan salah satu contoh pemanfaatan jaringan generasi kelima pada industri medis.
Solusi lalu lintas dan efisiensi industri penyiaran
Selain menyokong sektor kesehatan, teknologi 5G juga efektif diterapkan pada banyak bidang. Contoh lainnya adalah mengoptimalkan pengaturan lalu lintas. Teknologi ini dapat diintegrasikan dengan perangkat pendukung lalu lintas, mulai dari kamera pengawas, sensor lampu lalu lintas, hingga drone.
Uji keandalan 5G terhadap lalu lintas dilakukan Carnegie Mellon University, Amerika Serikat (AS), sebagaimana dilansir dari traffictechnologytoday.com, Rabu (14/10/2020). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa lampu lalu lintas yang disokong teknologi 5G dapat menurunkan angka penghentian kendaraan pada titik-titik nonesensial hingga 40 persen.
Selain itu, dapat pula menurunkan angka emisi hingga 21 persen dan meningkatkan efektivitas waktu bagi pelaju hingga 26 persen. Teknologi yang sama juga dapat diterapkan untuk merencanakan rute-rute transportasi umum.