SonoraBangka.ID - Semenjak pandemi Covid-19 merebak, stok komponen chip semikonduktor global dilaporkan mengalami kelangkaan. Sehingga berimbas pada industri mobil listrik, peralatan rumah tangga, hingga bisnis smartphone
Krisis chip global ini diprediksi masih akan berlanjut pada tahun 2022, bahkan kemungkinan akan semakin parah karena kurangnya pasokan komponen alat untuk produksi chip.
Sebenarnya, untuk mengatasi krisis pasokan chip global ini, sejumlah vendor pembuat chip terkemuka seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC), United Microelectronics Corp (UMN), Intel, dan Samsung Electronics sudah berencana untuk mengoperasikan pabrik chip baru pada 2023 mendatang.
Tujuannya, dengan adanya tambahan pabrik baru, vendor diharapkan bisa menggenjot dan menambah kapasitas produksi chip buatannya untuk memenuhi permintaan pasar.
Namun, rencana yang disiapkan untuk keluar dari krisis chip itu juga tampaknya bakal terganggu gara-gara kurangnya pasokan komponen peralatan pembuat chip.
Ketika membangun pabrik chip baru, vendor otomatis ikut membutuhkan seluruh peralatan pembuat chip yang baru untuk ditempatkan di lokasi pabrik anyarnya.
Menurut laporan outlet Nikkei Asia, kabar buruknya, permintaan untuk peralatan produksi chip juga tengah melonjak, sehingga kekurangan suku cadang pun tak terhindarkan.
Walhasil, sejumlah komponen alat produksi chip seperti lensa, katup, pompa, mikrokontroler, plastik rekayasa, hingga modul elektronik dilaporkan ikut langka.
Karena komponennya langka, pembuat alat produksi chip terkemuka seperti Applied Materials, KLA, Lam Research, dan ASML telah memperingatkan klien (vendor chip) bahwa mereka harus menunggu hingga 18 bulan atau 1,5 tahun untuk bisa mendapatkan peralatan untuk membuat chip.
Waktu tunggu sendiri dapat diartikan sebagai jeda waktu yang dihitung dari saat alat produksi chip dipesan hingga dikirimkan ke klien (vendor chip).